3

5.6K 343 6
                                    

Matahari bersinar cerah menyapa Sheilla yang terbangun dengan kondisi yang sama, sudah 3 hari ini dia hanya berbaring di tempat tidur atas perintah kakak dan orang tuanya.

Terjebak di tubuh orang lain sangat merepotkan, rasanya Sheilla kini merasa seperti orang yang sangat lemah dan tidak bisa melakukan apapun. Bahkan dari ia bangun tidur, makan, mandi, kebutuhan kamar kecil, sampai ia tidur kembali sudah ada masing-masing suster yang mengurusnya.

Kak Regan juga sama sekali tidak mengizinkan Sheilla beraktivitas walaupun hanya untuk menyuapkan makanan ke mulut. Sangat over protective bukan?

"Pagi Non Sheilla, hari ini suster bantu membersihkan badan ya" ucap Suster

"Sus, saya bisa sendiri kok, suster duduk aja, saya ngga bakal lapor sama Kakak" pinta Sheilla dengan sangat memohon.

"Duh, maaf non, saya ngga bisa melakukan itu, di kamar nom Sheilla kan ada Cctvnya, nanti kalau ketauan gimana non? Nanti suster yang dimarahin" jawab Suster itu takut.

Akhirnya Sheilla kembali mengalah dan membiarkan suster itu menjalankan tugasnya.

30 menit kemudian, dokter pribadi masuk ke kamar Sheilla dan mengecek kondisi Sheilla. Di rasa cukup, kini tubuh Sheilla sudah tidak dipasangkan banyak alat medis seperti kemarin, hanya tersisa selang oksigen yang tidak boleh di lepas atas perintah Kak Regan.

"Hufftt" keluh Sheilla sedikit lega setelah banyak alat medis sudah di lepaskan dari tubuhnya.

Setelah dokter keluar, kini tinggal Kak Regan memasuki ke Kamar Sheilla, orang tua Sheilla sedang keluar kota untuk kepentingan bisnisnya.

"Kak, Sheilla boleh jalan kan? Sheilla cape tiduran terus" pinta Sheilla hampir menangis.

"Tidak boleh Sheilla, kakak ngga mau kamu terluka" jawab Kak Regan

"Kak, kalo Sheilla cuma tiduran buat tubuh Sheilla semakin cape, Sheilla butuh melakukan aktivitas" ucap Sheilla berusaha menahan air matanya.

"Kamu tiduran aja cape, apalagi aktivitas yang lain? Ngga boleh" kata Kak Regan.

"Sekali aja kak, boleh ya?" pinta Sheilla lagi.

Regan yang melihat ekspresi adiknya penuh harap itu kembali mempertimbangkan, lalu tak lama kemudian Regan mengangguk sebagai isyarat di perbolehkan.

"YEY, MAKASII KAK REGAN!" Sheilla memekik girang saat Kak Regan memberinya izin

"Dengan satu Syarat, ngga boleh jatuh, ngga boleh terluka sedikitpun" ucap Regan yang langsung di angguki dengan semangat oleh Sheilla.

Sheilla dengan segera menurunkan kakinya satu persatu, dan perlahan berdiri. Betapa terkejutnya perasaan Sheilla saat kakinya sedikit terasa lemas karena setiap hari rebahan saja.

"Mampus, nih kaki rasanya tremor" batin Sheilla

"Ayo, katanya mau jalan aja" ucap Kak Regan memperhatikan Sheilla dengan intens

"I-iya kak" kata Sheilla melangkah perlahan, namun karena sudah lama tidak berjalan, kaki Sheilla semakin terasa tremor

GUBRAKK

"Awww sshhh" rintih Sheilla

"SHEILLA!" teriak Kak Regan lalu dengan cepat menggendong Sheilla dan membawanya kembali ke tempat tidur.

"M-maaf kak, Sheilla ngga akan jatuh lagi, Sheilla janji!" ucap Sheilla penuh harap.

Regan menatap adiknya dingin, beberapa detik yang lalu ketakutan itu kembali muncul, untung saja adik satu-satunya ini hanya lecet sedikit di lututnya.

"Kamu tadi juga sudab berjanji, tapi apa? Jatuh kan?" ucap Kak Regan dingin lalu mengoleskan obat merah ke lutut Sheilla

"Sudah, pakai kursi roda saja, saya tidak mau kamu terluka lagi" kata Kak Regan

"T-tapi kak, aku kan.. " protes Sheilla, namun terputus karna Kak Regan langsung membukam mulutnya.

"Ngga usah protes, karna alat itu sudah dilepas, kamu boleh keluar kamar asal menggunakan kursi roda kemanapun kamu pergi, nanti ada bi inah yang akan mendampingi kamu" jelas Kak Regan

Sheilla diam, dalam hatinya terus menyesali kenapa ia bisa se ceroboh itu. Ah benar Sheilla itu memang ceroboh.

"Sheilla? Kamu dengar ucapan kakak kan? Kakak mau berangkat ke kantor, masa pimpinan perusahaan ngga datang waktu ada meeting penting?" tanya dan pamit Kak Regan mengelus pelan rambut Sheilla

"Hah? Iya kak, Sheilla mau protes juga ngga akan kak Regan terima" jawab Sheilla mengerucutkan bibirnya

"Oiya, jangan dorong kursi roda sendiri, nanti tanganmu luka, biar nanti bibi aja yang bantu" pesan Kak Regan bangkit dari kursi

"Kakak ke kantor dulu ya, kamu baik-baik di rumah" pamit Kak Regan mencium kening Sheilla.

Setelah melihat batang hidung Kak Regan tidak terlihat di hadapannya. Sheilla menghembuskan nafasnya kasar. Hati kecilnya menggerutu.

"ARGHHHH KENAPA GUE HARUS TERJEBAK DISINI HIKS" ucap Sheilla frustasi lalu mengusap kasar wajahnya.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar Sheilla kebali di buka oleh seorang wanita. Sheilla terkejut lalu dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi seperti semula.

"Eh non Sheilla udah bangun, perkenalkan saya Bi Inah, den Regan sudah bilang ke non Sheilla tentang saya kan non?" tanya Bi Inah berdiri mematung di depan pintu.

"Udah bi, sini masuk" jawab Sheilla

"Duh non, bibi udah lama bantuin non Sheilla dari lama, tapi rasanya seperti baru kenal lagi ya non" ucap Bi Inah

"Hehe iya bi, saya amnesia, maaf ya bi" ucap Sheilla tersenyum manis

"Non, kita sarapan dulu yuk" ucap Bi Inah mengambil semangkok bubur yang terletak di atas meja kecil.

"Sheilla males makan Bi" jawab Sheilla menekuk bibirnya ke bawah

"Bibi tau, dulu sebelum non Sheilla lupa ingatan, waktu non lagi di suruh pake kursi roda, kita sering main di taman belakang, nanti di situ non Sheilla berdiri, terus lari larian ngga ketauan juga sama den Regan" jelas Bi Inah.

Mendengar hal itu Sheilla langsung bersemangat dengan mata yang berbinar.

"Beneran bi? Bi Inah ngga lapor Kak Regan? Sheilla mau bi" ucap Sheilla bersemangat.

"Boleh atuh, mumpung taman belakang belum dipasang cctv, tapi non Sheilla sarapan dulu ya? Sini bibi bantu pindahin ke kursi roda" ucap Bi Inah tersenyum tulus.

"Iya bi, tapi Sheilla bisa sendiri kok, Sheilla kan aslinya sehat-sehat aja, tapi Kak Regan sama orang tua Sheilla aja yang berlebihan" kata Sheilla

"Di kamar non kan ada cctv, nanti ketahuan den Regan, bibi bantuin sebagai pencitraan saja gimana?" tawar Bi Inah

"Sabi tuh bi, euh Bi Inah terbaik" puji Sheilla sambil mengacungkan jempolnya.

Tak butuh waktu lama, kini Sheilla telah menempati kursi rodanya. Setelah duduk dengan cukup nyaman,  secara perlahan Bi Inah memasangkan selang oksigen ke hidung Sheilla. Lalu mendorong kursi roda dan menghadapkannya ke arah jendela kaca yang sangat luas.

Bi Inah mengambil semangkuk bubur dan duduk tepat di kursi kecil yang tingginya sejajar dengan kursi roda milik Sheilla.

"Non, maaf ya bibi suapin dulu" ucap Bi Inah menyuapkan bubur

"Gapapa bi, lagian Kak Regan larang aku buat suap makanan sendiri ke mulut, ngga tau kenapa tuh bi aneh banget" kata Sheilla sembari menelan bubur yang ia makan.

"Non Sheilla beneran ngga ingat penyebabnya?" tanya Bi Inah dengan cukup berhati-hati.

"Engga bi" jawab Sheilla menggelengkan kepalanya.

"Jadi tuh non.... "

TRANSMIGRASI!  OVER PROTECTIVE?! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang