Enam

5K 566 95
                                    

Happy reading
(Tandain aja typonya, diedit kapan-kapan)

.

.

.

.

.

.









Yoongi sudah berada di dalam taxi, mendekap erat buntalan selimut dimana bayinya terlelap, senyum terus terpatri dalam bibir, mengamati satu demi satu paras bayinya yang begitu manis. Jalanan terasa lenggang karna mayoritas orang tengah bekerja, ia menyandarkan punggung, membenahi selimut biru muda yang menutupi tubuh bayinya menjaga tubuh kecil itu tetap hangat. Saat akan pulang tadi perawat memberinya selimut tatkala menyadari tak ada yang Yoongi bawa selain sepasang baju ganti untuk si kecil, lagi-lagi Yoongi merasa beruntung dan tertolong, ia tahu sejak kehadiran bayi nya hidupnya akan berkali lipat menjadi lebih berat, tetapi disisi lain ia tak lagi sendiri, ia dikelilingi orang baik yang entah bagaimana caranya Yoongi akan membalas kebaikan mereka kelak.

Taxi yang ditumpanginya berbelok pada jalan dimana flat nya berada, ia menatap bersalah bayinya karna hanya itu satu-satunya tempat yang bisa ia tuju, "bayi, kita sudah sampai," ucapnya saat akhirnya taxi itu berhenti di depan bangunan kumuh yang berlantai empat.

Setelah membayar ongkos taxi dan turun bersama bayinya, pandangannya terpaku pada sosok Hoseok yang sudah berdiri di depan pintu masuk flat mereka dengan senyum kelewat cerah, "selamat datang." Sambut pria itu dengan nada ceria yang bahkan membuat pria tua yang menempati flat bawah ikut melongok penasaran.

"Kau?" Yoongibtak habis fikir kenapa pemuda yang tinggal di samping flatnya itu terus saja datang membantu setelah beberapa kali terus Yoongi repotkan, kali ini bahkan pria itu sudah mengambil alih tas jinjing Yoongi.

"Halo Jungkookie, selamat datang!" Sapanya pada si kecil total mengabaikan Yoongi yang hanya memandangnya bingung, "Yoongi, ayo cepat masuk, kasihan Jungkookie sudah kedinginan," tegur Hoseok.

"Astaga bayi manis kasihan sekali, kau pasti kedinginan sampai pipimu memerah," oceh Hoseok sembari menyeret sebelah tangan Yoongi.

"Aku sudah membeli beberapa makanan untuk merayakan kedatangan bayi mu," ujarnya penuh semangat, "setelah ini aku akan menghangatkannya dan membawanya ke ruangan mu."

Keduanya menaiki satu per satu anak  tangga dan Yoongi hanya mengangguk menaggapi ucapan Hoseok karna masih tak habis fikir, "aku juga coba membuat sup rumput laut, walau kau tidak bisa berharap lebih pada rasanya karna ini percobaan pertama, setidaknya masih layak makan." Tertawa singkat dengan langkah pelan mengikuti Yoongi yang berhati-hati.

"Tapi kenapa?" Tanya Yoongi pada akhirnya, merasa Hoseok terlalu berlebihan, walau mereka berteman tetapi hubungan keduanya tak sedekat itu.

Keningnya berkerut, "apanya yang kenapa?" Hoseok balas bertanya.

"Kenapa kau berbuat sebaik ini?" Tanya Yoongi lagi yang mana membuat Hoseok menghentikan langkah dan menghadap Yoongi untuk menatap mata pria itu lekat, menyuarakan pertanyaan yang justru terdengar seperti sebuah pernyataan, "bukankah kita teman?"

Yoongi mengangguk, "te-tentu saja, hanya saja bukankah kau terlalu baik?"

Hoseok tertawa, "kita bicarakan itu nanti, si kecil bisa membeku jika kau tak bergegas." Ia menunjuk si bayi yang mulai menggeliat terusik, entah karna udara dingin atau justru karna tawa Hoseok yang membuat tangga berkarat itu ikut berderit.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang