Yoongi mendekap Jungkook dengan erat, membiarkan tubuh si kecil menempel pada dadanya yang saat ini berdegup kencang karena rasa takut, bahkan angin musim dingin yang mulai teraaa membekukan tak mampu menghalau keringat di pelipis Yoongi yang disebabkan oleh kekacauan otak dan hatinya. Di sampingnya Hyunji hanya diam, membiarkan hening mengambil alih perjalanan mereka menuju rumah.
Saat ini otak Yoongi hanya bisa memutar kemungkinan buruk apa yang akan terjadi, sekuat apapun ia berusaha untuk menenangkan diri. Ia sudah bisa membayangkan wajah kecewa dan marah orang tuanya, mungkin apa yang akan ia dapat kali ini lebih parah daripada saat ia memutuskan keluar dari rumah hari itu, bayangan bentakan penuh murka sang ayah dan tangisan sang ibu sudah berhasil membuat Yoongi kesulitan bernafas saat ini.
"Yayah," suara Jungkook yang sejak tadi diam dengan menyedot paciefiernya membuat Yoongi menoleh, melongok wajah si kecil yang kini memandangnya.
"Kenapa?" Suara Yoongi lirih dan sedikit tercekat membuat Hyunji ikut menoleh.
Jungkook hanya tertawa dan kembali menyandarkan kepala di bahu ayahnya.
Yoongi reflek mengusap lembut surai bayinya meski pandangan matanya menatap kosong ke depan.
Di pangkuan Yoongi, Jungkook tertidur. Langit sudah gelap dan gerimis menyebabkan titik-titik air menutupi kaca mobil, perjalanan ke rumah yang ditempuh satu setengah jam perjalan terasa lama untuk Yoongi namun, ia juga merasa tak siap untuk sampai kesana.
Hyunji melirik Yoongi yang bahkan tidak bersandar dengan nyaman di tempatnya, punggung itu tetap tegak sejak satu jam yang lalu tetapi juga terlihat rapuh di saat yang sama, ia memahami ketakutan sang adik karena ia pun merasakan hal yang sama. Wajah orang tuanya tampak penuh kekecewaan siang tadi dan Hyunji belum mampu menerka kemungkinan buruk apa yang bisa terjadi selain Yoongi pasti akan ditampar oleh ayahnya nanti.
Mobil berhenti pada pelataran rumah, supir membukakan pintu untuk Hyunji dan Yoongi, Jungkook yang berada dalam gendongannya pun terbangun dan mengerjap bingung, "yah amam?"
Yoongi menunduk dan tersenyum sekilas untuk bayinya, menyempatkan diri merogoh tas perlengkapan Jungkook yang ia bawa untuk mengambil sekeping biskuit susu disana dan meletakkannya di tangan gempal Jungkook.
"amam," pekik bayi itu dan langsung memakan biskuitnya.
Hyunji terkekeh dan mencium bayi dalam gendongan adiknya.
Pintu utama dibukakan oleh asisten rumah tangga yang sudah bekerja disana sejak Yoongi kecil, wanita dengan baju sederhana dan celemek berwarna putih itu tersenyum saat melihat Yoongi datang, "apa kabar tuan?"
Yoongi tersenyum, "aku baik bi," jawabnya, Yoongi menunduk menatap Jungkook saat melihat wanita itu melirik bayinya, "namanya Jungkook, Min Jungkook."
Wanita itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca, "silahkan masuk."
Awal kakinya menapak pada lantai rumah yang ditinggalinya sejak kecil, dada Yoongi dihantam rindu yang menggebu, ada perasaan membuncah yang membuatnya ingin menangis saat itu juga. Keadaan rumahnya terlihat sama tanpa banyak perubahan meski sudah bertahun-tahun ia tinggalkan, foto keluarga yang memajang gambar dirinya juga masih terpajang sempurna di dinding-dinding rumah.
"Nya, yayah!" Jungkook menunjuk dengan telunjuk kecilnya foto Yoongi yang dipajang pada bingkai besar di ruang tamu.
Hyunji yang berjalan di sebelah Yoongi menoleh dan tersenyum, "iya itu ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
FanfictionYoongi adalah definisi dari hidup damai sesungguhnya. Damai dalam artian tak ada satupun manusia yang berani mengusiknya untuk menjalani hidup sesukanya. Dunianya hanya berputar pada pekerjaan, makan dan tidur. Lantas saat satu eksistansi mungil dat...