Delapan

4.3K 523 35
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.













Hoseok dibuat terkagum oleh Yoongi, ia berniat mampir ke rumah pemuda itu untuk meminta dimasakkan makan malam dengan bahan yang nyaris akan kadaluarsa karna terlalu lama tak ia olah namun, terlanjur dibeli karna harga promo, mengabaikan bahwa kemampuan memasaknya di bawah rata-rata, kini di hadapannya sahabat barunya tersebut tengah berkutat dengan jarum dan benang, duduk dengan tenang di samping bayinya yang terlelap.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Hoseok dengan masih memajang wajah tak percaya.

Yoongi hanya mendongak sebentar menatap Hoseok sebelum kembali sibuk menjahit, "membuat alas tidur untuk si bayi," jawabnya.

"Alas tidur?"

Yoongi mengangguk, sebelah tangannya yang semula menjahit menepuk punggung bayinya yang menggeliat, "ya, beberapa hari ini dia ikut bersama ku di kantor dan aku hanya bisa menidurkannya di atas mantel dan selimutku, aku khawatir dia akan sakit."

Jawaban Yoongi membuat Hoseok mengangguk, "kau membeli kain dan dakron ini?"

Yoongi mengangguk, "kau tau, toko kain di persimpangan jalan sana sedang melakukan obral kain sisa, harganya murah dan kualitasnya masih baik, aku bahkan berencana kembali membelinya untuk bahan selimut Jungkook, akan sangat repot jika dia hanya punya satu di musim dingin, untuk bahan isinya  sekarang aku menggunakan bantalku, aku hanya butuh satu bantal untuk tidur bukan?"

"Waaaaaah, Yoongi, kau memang terbaik, aku bahkan tidak tau kau bisa menjahit," Hoseok terkagum karna Yoongi nampak luwes pada benang dan jarum.

"Aku melihatnya di internet."

"Yoon, aku memiliki beberapa bahan makanan, bisa bantu memasaknya untuk kita makan? Aku rasa ini akan segera kadaluarsa." Hoseok mengangkat kantong plastik yang sejak tadi ditentengnya, menggoyangkannya di hadapan Yoongi dengan senyum lebar, sementara pria yang dimintai tolong mendesah kesal.

"Aku mohon, akan sangat lezat pasti jika kau yang memasak, aku akan menjaga bayi disini," rayu Hoseok.

Yoongi mau tak mau beranjak dari duduknya, toh ia juga sudah tak memiliki apapun untuk ia makan malam ini, uang terakhirnya sebelum gajian besok telah ia belikan susu dan juga kain untuk Jungkook, belum lagi ia harus memikirkan ongkos pulang pergi.

"Yoon, bukankah besok Jungkook harus melakukan kontrol ke rumah sakit?" Tanya Hoseok, pria itu tak bisa menahan tangannya untuk tidak memainkan pipi bulat si bayi.

"Ya, dokter Seokjin sudah menghubungi ku tadi," jawab Yoongi dari arah dapur, "bisakah aku menitipkan Jungkook padamu? Aku akan pulang dari kantor saat jam makan siang untuk mengantarnya ke rumah sakit."

Hoseok mengangguk tanpa ragu, "tentu, bagaimana jika kita bertemu di halte dekat kantormu yang sejalur dengan rumah sakit dan pergi bersama."

Yoongi menimbang sejenak, tawaran Hoseok memang mempermudah dirinya sehingga tidak perlu kembali ke apartement untuk menjemput Jungkook dan ke rumah sakit, ongkos bisnya pun akan jauh lebih hemat.

"Tak perlu merasa merepotkan ku, kau hanya perlu menyiapkan semua keperluannya yang harus ku bawa sebelum pergi ke agensi," ucap Hoseok, faham akan diamnya Yoongi yang pasti merasa tak enak padanya.

Pada akhirnya Yoongi mengangguk, "aku akan menyiapkan semua keperluanya besok, juga mengirimi pesan kepadamu kapan saja biasanya Jungkook terbangun dan harus minum susu."

Hoseok tidak menanggapi, saat ini ia tengah sibuk menciumi bayi Yoongi, menyukai wangi tubuh bayi itu dan juga pipi bulatnya yang memerah. Hingga semenit setelahnya, bayi yang sejak tadi menggeliat terganggu itu menangis dan terbangun, tentu saja Hoseok tidak merasa bersalah, total abai dengan tatapan tajam Yoongi yang membangunkan bayi yang sejak tadi ditimangnya agar tertidur hingga lengannya kebas. Hoseok senang melihat mata bulat si kecil terbuka, ia segera menggendong Jungkook dan membawanya dalam pangkuan.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang