Sebelas

4.9K 549 84
                                    

Happy Reading
.

.

.

.

.

.





Yoongi terbangun, melirik jam dinding yang masih menunjukan pukul empat pagi. Ia tersenyum mendapati putranya masih terlelap, menurunkan atasan piama Jungkook yang tersingkap memperlihatkan perut bulatnya. Ia segera beranjak, mencuci muka dan melangkah ke dapur untuk membuatkan susu bayinya, pada jam segini biasanya si kecil bangun karena lapar dan ia juga harus pergi untuk berbelanja keperluan kedai.

Melewati Hoseok yang tertidur di ruang tengah dengan kasur lantai, Yoongi kembali ke kamarnya, terkekeh kecil saat bayinya sudah merengek, "ayah datang," ucapnya sembari mendekati tempat tidur. Mencium bayinya yang masih menangis, Yoongi segera membawa tubuh kecil itu pada pangkuanya, "ini susunya bayi."

Jungkook menghisap rakus, mata bulatnya yang terbuka sayu menatap Yoongi, jemari kecilnya memainkan tangan Yoongi yang tengah memegangi botol susunya, "ayo habiskan, setelah itu tidur lagi dan tunggu ayah pulang ya, jangan ganggu paman mu, dia pasti lelah seharian bekerja."

Botol susu itu habis dalam waktu cepat, mata bulat si kecil sudah terpejam. Yoongi masih menimang sesaat bayinya, melepaskan dot susu dari mulut si kecil yang masih bergerak menghisap dan menggantinya dengan pacifier. Perlahan Yoongi membaringkan kembali bayinya, menepuk lembut si kecil yang menggeliat sebelum kembali tenang.

Menegakkan tubuh dan memberi dua bantal dikedua sisi tubuh bayinya, Yoongi berjalan keluar setelah menyambar jaket miliknya. Ia melangkah menuruni tangga, mengambil catatan daftar belanja yang nyonya Kim selipkan di depan pintu.

Awal menjalani rutinitas ini memang sangat berat, Yoongi yang bekerja seharian dan harus merawat bayi setelahnya tentu kurang istirahat, pada malam hari ia akan terbangun dua atau tiga kali karna Jungkook yang menangis lantaran lapar atau sekedar tak nyaman dan ingin ditimang, ia harus bangun pagi buta, berkeliling pasar mencari bahan untuk kedai. Bahkan minggu pertama ia jatuh sakit, demam juga flu membuat Hoseok menertawainya dan si bayi yang harus menginap di rumah nyonya Kim.

Tapi untuk sekarang pekerjaan yang ia lakoni tak terasa begitu berat, meskipun ia lelah tapi ia sudah terbiasa menjalaninya, bahkan hafal kapan saja si kecil akan terbangun, dan peka terhadap rengekan lirihnya sekalipun. Yoongi mengendarai kendaraan milik kedai untuk menuju pasar, menyapa beberapa pedagang yang sudah mengenalnya beberapa bulan ini.

"Ini daun bawang dan bawang bombay milikmu," seorang pedagang sayur memberikan sekantong besar daun bawang dan bawang bombay yang Yoongi beli, "belakangan lebih sering kau yang belanja, kemana Hoseok?"

Yoongi tersenyum, menata belanjannya pada keranjang, "dia ada pekerjaan malam hari jadi sering kelelahan."

Pria itu mengangguk dan tersenyum, "begitukah? Salam untuk Hoseok dan nyonya Kim."

Yoongi terkekeh dan mengangguk, "akan ku sampaikan."

Yoongi kembali berkeliling mencari bahan lainnya, keranjangnya sudah sangat berat. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nyonya Kim dulunya melakukan ini sendiri.

Setelah berputar dan mendapatkan semua yang dibutuhkan ia segera kembali, melirik sekilas pada jam tangan waktu menunjukan pukul tujuh pagi, lebih awal dari biasanya, ia tersenyum, ia memiliki sedikit waktu bersama bayinya sebelum pergi bekerja.

Maka setelah meletakkan semua belanjaan pada kedai, Yoongi segera naik ke kamarnya, membersihkan diri sejenak dan sebisa mungkin tidak menimbulkan banyak suara karena Hoseok masih terlelap. Dengan keadaan lebih segar dan bersih Yoongi masuk ke kamarnya, disambut pekikan si kecil yang sudah terbangun.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang