Lain keadaan di rumah Friska, lain pula keadaan di kamar Alika. Ia masih terjaga di depan laptopnya. Drama Korea terpampang di layar monitor di depannya. Namun pikirannya entah ke mana.
Ada keresahan dalam hatinya, yang ia sendiri tak tahu apa sebabnya?. Matanya jua tak kunjung mengindikasikan akan segera tertidur.
Beberapa kali ia lirik ponselnya yang baru saja ia hidupkan. Setelah selesai memesan ojol tadi sore, ponselnya mati karena habis daya. Banyak panggilan dari Catur yang masuk. Namun ketika ia mencoba menghubungi kembali, nomor kekasihnya itu sedang tidak aktiv. Menyerah dengan rasa lelah, akhirnya ia matikan laptop yang belum usai tayangan dramanya.
Membaca doa akan tidur. Sekali lagi, ia mencoba memejamkan mata. Berharap alam bawah sadar segera menghipnotis rumitnya perasaannya malam ini.
💔💔💔
Sayup adzan shubuh mengusik Catur dari tidur nyenyaknya. Entahlah, selama tiga puluh satu tahun hidupnya, hari ini adalah tidur ternyamannya.Membuka mata perlahan, ia menyadari keganjilan. Di dadanya, menempel muka seorang wanita. Nafas halusnya bahkan terasa hangat menerpa dada telanjangnya. Menyadari keadaan dia dan wanita yang ada dalam pelukannya, nafasnya tercekat.
Kilasan-kilasan peristiwa tadi malam nampak jelas dalam ingatannya. Walau ia setengah sadar, tapi ia tidak lupa bahwa ia telah menjamah sekretarisnya sendiri.
Nafsu sudah membutakan mata hatinya. Ia melanggar titah mamanya untuk tidak menjamah wanita manapun sebelum resmi menjadi suami istri.
Ia tak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan masa depannya?. Terutama rencana menikahi Alika yang belum sekalipun ia wujudkan.
Tidak sekali Alika maupun keluarganya, menanyakan kepastiannya. Namun ia beralasan ingin menabung, ya walaupun Catur bukan orang biasa, tapi entah mengapa, Catur bisa mencetuskan alasan demikian.
Mencoba melepaskan pelukan, Catur beringsut ke kamar mandi. Sebelumnya, ia selimuti sebatas dagu tubuh telanjang sekretaris yang telah menjadi wanitanya.
💔💔💔
Suara gemericik air di kamar mandi, tak ayal membuat mata cantik Friska terbuka. Ia menyadari bahwa bosnya sedang membersihkan diri.Badannya terasa remuk, karena pertempuran semalam. Berbagai perasaan hinggap di hatinya. Gelisah, takut, bersalah, namun juga senang.
Akhirnya, sebentar lagi keinginannya akan terwujud. Ia rela berbuat nekat demi mendapatkan jiwa dan raga orang yang dia cintai seutuhnya.
Larut dalam lamunan, ia tak menyadari Catur yang telah selesai mandi, dan bahkan kini sedang menatapnya. Lelaki itu berbalut jubah mandi sebatas lutut. Air yang menetes dari rambut gondrongnya, menambah kesan seksi.
Tak mau berlama-lama menatap sekretarisnya, ia segera memakai sarung dan baju takwa yang nyatanya tersedia di kamar tamu. Tak menghiraukan wanita yang tengah berbaring memunggunginya, ia segera melaksanakan subuhnya.
Dalam setiap gerakan salatnya, terasa terkoyak hatinya. Sobek karena perbuatannya sendiri.
Selesai salam, ia menengadahkan tangan, menyesali perbuatannya yang telah merusak diri sendiri dan seorang wanita.
Mengakhiri doanya, ia segera mengenakan kembali pakaian yang kehujanan kemarin. Setelah rapi, ia memberanikan diri menyentuh pundak Friska untuk membangunkan.
Friska yang sudah terjaga, segera menoleh.
"Subuh dulu Fris," peringat Catur.
"Iya pak," jawab Friska sembari tersenyum.
Catur pun terpaksa tersenyum.Friska masuk ke kamar mandi dengan bergulung selimut. Catur terduduk sejenak. Meneliti bekas pergulatan mereka semalam. Ada noda di sprei silver yang ia duduki. Di sana sini bertebaran pakaian mereka semalam.
Sembari menunggu Friska selesai mandi, Catur memunguti pakaian yang berserakan dan meletakkannya di ranjang.
💔💔💔Faidatul Mar'ah
Jember, 25 November 2021
Oke guys, ini masih tentang Catur dan Friska yang dari khilaf berlanjut keenakan, ya???..
Hahahaaa..
Ini awal konflik. Tenang guys, konfliknya ringan. Somplak-somplaknya, entaran..
Happy reading..
See ya next part..
Semoga suka...
Vote komennya Ding..., Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally Sah (Terbit)
DiversosBanyak waktu di korbankan demi keyakinan bersama di kemudian hari. Namun keyakinan itu akhirnya meluruh seiring dengan takdir yang tak berpihak. Menutup diri, namun ada yang memaksa membuka. Mencoba masuk dengan sisi yang berbeda. Hingga kepercayaan...