Empat

109 14 0
                                    


       Di kantor miliknya, Catur baru saja selesai meeting dengan kolega bisnisnya. Menyandarkan punggung di sandaran kursi, ia sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik.

Meminum hingga tandas sisa air minumnya, ia teringat kekasihnya yang ia abaikan satu setengah jam yang lalu.

Segera saja ia ambil ponsel di sakunya dan ia hidupkan kembali. Setelah ponselnya hidup, ia mencoba menghubungi kekasihnya. Masuk, namun tidak ada jawaban. Berulangkali seperti itu, akhirnya catur mengalah. Mungkin Alika sibuk, pikirnya.

Ia pun memilih keluar dari ruangan meeting menuju ruang kebesarannya. Sampai di depan meja sekretarisnya, Friska, Ia berhenti sejenak, karena Friska memanggilnya.

"Ada apa Fris?" tanyanya.

"Ini pak, ada undangan wedding anniversary dari bapak Wijaya. Acaranya nanti malam"

jawab Friska sembari mengulurkan secarik kertas undangan yang ia pegang. Catur menerima dan membaca sejenak.

Setelahnya, ia masuk ke ruangannya untuk kembali melanjutkan memeriksa berkas yang belum selesai.

Sementara di mejanya, Friska tengah memikirkan banyak rencana untuk mendapatkan bos nya. Hatinya sudah di penuhi cinta pada atasannya sejak ia menjadi sekretaris enam bulan belakangan ini.

Berulangkali ia mencoba menarik perhatian bosnya supaya jatuh cinta padanya. Tapi Catur yang terkenal setia susah di dekati. Entah mengapa, rencana kurang baik tiba-tiba muncul di otak cantiknya.

💔💔💔

Di rumah sakit, Alika baru saja keluar dari ruang persalinan. Tampangnya acak-acakan. Peluh menetes di mana-mana. Rambut hitam sepinggangnya tampak di cepol asal. Beberapa cakaran nampak di punggung tangannya. Gila. Si Meta sadis juga.

Bertepatan ia yang akan duduk di kursi tunggu, suara gaduh datang dari arah kiri. Rupanya keluarga Meta, keluarga dari suaminya, dan tentunya si bapaknya si bayi, Syahreza.

"Kenapa pada tegang sih?!," seloroh Alika sembari menghempaskan tubuhnya di kusri.

Plettakk

Suara jitakan terdengar nyaring. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Syahreza.

"Tegang lah, panik juga. Istri gue mau lahiran. Elu mah, dodol kebangetan!" Seru syahreza yang memang sudah akrab dengan Alika bagai adik sendiri.

Begitu juga dengan keluarga sahabatnya ini, yang sudah akrab dengannya.

"Mate elu burem ape gimane sih bang?!. Elu kagak lihat, tampang gue udah kayak orang di perkosa. Istri elo sadis banget bang, waktu ngejan!" keluh Alika.

"Metanya mana nak Alika,?, " tanya Melly, mama mertua Meta.

"Lagi di bersihin tante, di dalem. Bayinya udah lahir, jagoan" ucap Alika lirih karena lelah. Namun masih terdengar jelas di telinga keluarga Meta.

"Beneran udah lahir,?!," tanya Syahreza.

"Beneran ih, nggak percaya banget!. Nih, rambut gue, keringet gue, cakaran di tangan gue, hasil karya istri elu bang!. Noh, oak oek suara siape kalau bukan anak elu?!" cerocos Alika panjang lebar.

Dan benar saja, tak lama pintu ruang persalinan terbuka. Tampak dua orang suster mendorong brankar yang di atasnya terdapat Meta yang nampak sudah bersih.

Ia tersenyum cerah menatap keluarganya, walaupun gurat lelah masih nampak di wajah cantiknya.

Sementara sang bayi berada dalam gendongan seorang dokter yang membantu persalinan tadi.

"Sayangnya ayah!" seru Syahreza sembari menerima bayi berbedong biru yang di serahkan padanya.

Dengan sangat pelan ia menimang bayinya yang baru lahir.

"Adzanin bang" peringat Meta.

"Eh, iya" jawabnya.

Ia segera mengadzankan pelan anaknya. Di lanjut iqomah sesudahnya.

Lelehan air mata haru mengiringi saat ia mengadzakan buah hatinya untuk pertama kali. Membuat suasana semakin haru.

Setelahnya, Meta kembali di bawa ke ruang perawatan. Dengan sang bayi yang kini berpindah ke tangan nenek dari bundanya.

Ruangan VIP itu, kini ramai dengan ucapan selamat dari keluarga untuk ayah dan bunda baru itu.

Alika melihat jam di pergelangan tangannya, yang menunjukkan pukul empat sore. Ia masih ada janji temu dengan seorang supplier kain yang akan datang sore ini.

Maka dari itu ia berpamitan pada Meta dan keluarga.

"Gue balik ke butik dulu ya?, ada janji soalnya" pamitnya sembari mendaratkan kecupan di kening ponakan barunya.

"Iya deh. Ngomong-ngomong, makasih udah jadi samsak gue hari ini" cengir Meta.

"Makasih ya nak Alika?" sambung papa Alika.

"Siap om, sama-sama"

Akhirnya Alika keluar dari ruang perawatan Meta. Sembari berjalan keluar gedung, ia memesan ojol.

Tak lama menunggu, si ojol pun sampai dan mengantarkan Alika kembali ke kantornya.

💔💔💔

Jember, 25 November 2021

Yuhuuuu...
Kang halu amatir balik lagi, nih..
Ada yang masih minat baca nggak ya??
Heheheee..
Semoga minat dan semoga suka.
Vote dan komennya jangan lupa, ya???
Happy reading all..

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang