DUA BELAS

74 10 2
                                    


        Waktu begitu cepat berlalu. Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB, ketika mobil Catur berhenti di sebuah lapangan yang menyajikan taman hiburan rakyat. Ini permintaan Alika. Ia selalu antusias dengan suasana sederhana pasar malam.

Setelah memastikan mobilnya aman, Catur dan Alika keluar dan masuk ke area pasar malam.

Tangan mereka erat bertautan. Rasa hangat menyusup dalam hati keduanya.

"Bang, beli pop ice yuk!" pinta Alika.

"Yuk!" sanggup Catur.

Keduanya pun menuju stand minuman dingin itu. Sederhana. Tapi itulah kesukaan Alika yang Catur tahu semenjak pertama kali kenal.

Setelah mendapatkan apa yang di mau Alika, Catur mengajak Alika memutari lapangan.

"Adek mau naik wahana apa nih?" tanya Catur.

"Emm, naik bianglala yuk bang. Mumpung nggak hujan jadi bisa lihat bintang dari ketinggian.

"Oke."

Keduanya pun membeli tiket untuk naik bianglala. Alika dan Catur duduk berhadapan. Bianglala mulai berjalan pelan. Tetiba Catur memegang tangan Alika dengan erat.

"Abang minta maaf" tutur Catur. Membuat Alika keheranan.

"Abang nggak ada salah, ngapain minta maaf?!" tanya Alika.

"Abang banyak salah. Abang sering abaikan adek, Abang tidak kunjung menikahi adek" ungkap Catur dengan mata berembun. Hatinya berkecamuk luar biasa.

"Hei bang, adek nggak apa-apa. Adek bisa maklum, kok. Orang nikah emang kesiapannya harus total, nggak bisa setengah-setengah!" jawab Alika.

Membuat catur meneteskan air mata. Ia merasa amat bersalah.

"Abang kenapa nangis?, Ada yang mau di ceritain?"tanya Alika sembari menghapus air mata di pipi orang yang ia cintai.

"Emm, nggak ada adek. Abang cuma lagi rindu sama adek" bohong catur.
Sementara Alika hanya menganggukkan kepala.

"Yuk turun!" ajak Catur, bertepatan dengan bianglala yang sudah berhenti.
"Yuk!."

Mereka pun akhirnya turun dan memutuskan pulang. Karena Alika sudah mengeluh lelah.

Membelah keramaian jalanan, Catur mengantarkan Alika ke rumahnya. Mobil Alika ia biarkan di kantor.

                       
   💔💔💔

          
        Rumah Alika kelihatan ramai, saat Alika dan Catur sampai. Ada tenda kecil di halaman rumahnya. Turun dari mobil, ia melihat adik dan para sahabatnya tengah menyalakan api unggun kecil sembari bermain gitar. Namun ada yang lain. Di sebelah Haikal ada sesosok lelaki, yang Alika agak samar namanya, tapi wajahnya masih familiar di ingatannya.

"Hai kak Al, dari mana?" sapa Egyn.

"Hai Egyn, hai semua. Ini kakak dari main sama bang Catur.

"Masih awet aja kak?!" celetuk Fadil.

"Amin'' jawab Alika.

"Abang pulang ya Al?" pamit Catur.

"Iya bang, hati-hati."

"Iya. Yuk kal, semua, Abang pulang dulu" pamitnya yang di balas acungan jempol oleh Haikal dan kawan-kawan.

Setelah mobil Catur menghilang dari pandangan, Alika berpamitan pada Haikal dan sahabat-sahabatnya.

"Kakak pamit masuk dulu ya?."

"Nggak mau kenalan dulu kak?!" pancing Haikal.

"Kenalan?, Sama siapa?!" tanya Alika bingung.

"Nih, salah satu personil kita dulu, si Fadil" terang Haikal.

"Oh Fadil?, Yang kuliah ke London?!" seru Alika.

"Makasih udah inget aku kak," sahut Fadil tersipu.

"Sorry, sebenarnya udah agak lupa nama.., tapi masih inget di wajah sih" jujur Alika.

Fadil berdiri dan mendekati wanita pujaannya. Debar di dadanya meletup-letup.

"Terimakasih masih inget wajahku kak, wajah ini yang nantinya akan terlihat setiap kita berdua bangun pagi" frontal Fadil.
Membuat tawa ketiga sahabat yang ada di belakangnya menggelegar. 

Sementara Alika bergidik ngeri mendengar ucapan Fadil. Tanpa pamit, Alika berjalan cepat masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, tawa para anak muda semakin kencang terdengar. Yang di tertawakan tetap memasang wajah tenang namun tersipu.

                            
💔💔💔

Jember, 27 November 2021

Apa kabar semua?
Semoga sehat-sehat selalu ya?
Part ini pendek, ngetiknya sambil terbawa suasana ngantuk, hehee.
Kuy lah, happy reading..
Vote dan komennya jangan lupa.
See ya..
Thank ya so much
         

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang