Delapan Belas

84 13 0
                                    

Happy reading..🤗🤗🤗

       
        Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB, saat acara resepsi Ahsan dan Anindya selesai. Tidak di buat terlalu malam, supaya dua keluarga dan semua orang yang terlibat dalam acara tersebut bisa segera istirahat. Gedung pun mulai sepi. Tinggal beberapa kerabat yang masih di sana. Kru wedding organizer Alika tengah membereskan sisa-sisa acara.
          
        Alika tengah melipat pembungkus meja dan kursi. Tangannya memang bekerja, namun air mata jua tak berhenti mengalir dari matanya, walaupun ia menangis tanpa suara.

Fadil yang sedari Alika datang tadi sore, senantiasa mengamati Alika hingga saat ini. Dan melihat sendiri bagaimana orang yang ia cintai dalam diam tengah menangis, hatinya serasa tercubit. Ingin hati ia bertanya, namun ia urungkan.

Ia membiarkan Alika puas dulu melampiaskan kesedihannya.

"Kakak kenapa?" tanya Haikal yang menyadari keanehan kakaknya.

"Nggak kenapa-kenapa kal" sangkal Alika.

"Pulang yuk, biar orang-orang kakak yang beresin. Bang Ahsan dan kak Anin juga udah pulang" ajak Haikal.

Tak menunggu dua kali, Alika meletakkan kain-kain yang dipegangnya. Ia mengikuti langkah adiknya menuju ke luar gedung.

"Di antar Fadil mau kak?" tawar Haikal.

"Boleh deh, siapa aja. Emang kamu mau ke mana?" tanya Alika.

"Aku ada urusan bentar kakak, sama Egyn dan Tama" pamitnya.

"Ya udah deh. Tapi Fadil nya mana?" tanya Alika.

"Tuh. Dil, sini dulu woy!" serunya. Fadil pun mendekat.

"Apaan?!" tanyanya singkat.

"Sewot amat, dapet Lo?!," sergah Haikal. "Anterin kak Alika pulang dong, gue ada janji sama Egyn sama Tama," pinta Haikal.

"Gaya elo janji. Ya udah deh, elo hati-hati" peringat Fadil.

"Iye, titip kakak gue ye?" pamit Haikal yang di jawab anggukan kecil oleh Fadil.

Setelahnya Haikal pun berlalu ke luar gedung

"Fadil anter pulang kak."

"Oke."

Fadil dan Alika pun berjalan ke luar gedung untuk mengambil mobil. Menggunakan mobil Fadil, Alika di antar pulang ke rumahnya.

                         
                            💔💔💔

        
            Suasana di dalam mobil Fadil hening. Alika tidak berbicara sedikitpun. Fadil juga masih tidak tahu akan mengawali pembicaraan dari mana.

Seiring mobil yang berkelana dengan kecepatan sedang, akhirnya Fadil memberanikan diri bertanya pada Alika.

"Kak Ika kenapa?," tanya Fadil pelan sambil sesekali menoleh ke arah Alika.

"Nggak kenapa-napa Dil," jawabnya pelan.

"Bilang nggak kenapa-napa, tapi mewek mulu dari tadi!" sergah Fadil.

"Siapa yang mewek?" elak Alika.

"Nggak mewek, tapi mata bengkak gitu!" tembak Fadil tepat sasaran. Membuat Alika terdiam.

Melihat lawan bicaranya bungkam, Fadil berinisiatif menepikan mobil.

Setelah memastikan mobilnya tidak mengganggu lalu lintas, Fadil membuka sabuk pengamannya dan Alika. Fadil membawa badannya menghadap Alika, dan memaksa Alika menghadap ke arahnya.

Mereka sudah berhadapan. Tampak sekali di mata Fadil, wajah Alika tidak enak di pandang. Air mata juga masih menitik dengan manjanya di pipi Alika.

"Aku tahu aku lancang, kak. Tapi plis, jangan nangis. Aku nggak bisa lihat kak Ika nangis. Kalau emang di rasa berat, nangis aja sepuasnya. Tapi habis ini, udahan. Entar orang rumah kak Ika mikirnya nggak-nggak" ceramah Fadil.

"Boleh pinjam bahu kamu nggak?" pinta Alika parau.

"Boleh. Melukin aku juga boleh" canda Fadil.

Tanpa di duga, Alika benar-benar memeluk Fadil. Membuat Fadil terkejut dan takut detakan jantungnya terdengar Alika.

Lambat laun, Alika terisak hebat sambil memeluk Fadil semakin erat. Dengan perasaan ragu, Fadil membalas pelukan Alika. Perempuan pujaan dalam pelukannya ini masih terisak, dan Fadil hanya bisa menepuk kepalanya pelan.
     
       
            Lima belas menit berselang, tangis Alika mulai mereda. Yang tersisa hanya dengkuran halus. Menandakan Alika tertidur dalam tangisnya. Melepas pelan pelukan Alika, Fadil mulai memposisikan kembali Alika di tempat duduknya.

Setelah memasangkan sabuk pengaman, Fadil merendahkan posisi kursi Alika. Agar Alika nyaman tidur di sana. Setelah memasang sabuk pengaman untuk dirinya sendiri, ia kembali menghidupkan mobil dan membawanya menuju rumah Alika, untuk mengantar wanita pujaannya pulang.

                           💔💔💔

Faidatul Mar'ah

Jember, 12 Desember 2021

Duh, siang yang panas. Ramein dong, vote dan komennya, biar makin panas.. 🤭🤭🤭
Makasih..
Sampai jumpa di part berikutnya.

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang