Dua Puluh Delapan

89 9 0
                                    


Assalamualaikum, selamat pagi..
Apa kabar??
Duh maaf, baru sempat update nih..
Nggak apa-apa kan???

Oke, happy reading..

       Alika dan Haikal telah sampai di rumah mereka. Setelah turun dari mobil, mereka masuk dan bertemu dengan mama di ruang makan. Beliau nampak sedang menata makanan.

"Assalamualaikum ma" sapa Alika dan Haikal, yang kemudian mengambil tangan mama untuk mereka cium.

"Udah pada pulang?" tanya mama.

"Ehm, iya udah" jawab Alika.

"Mata kamu kenapa, kak?" tanya mama menyelidik.

"Biasa ma, tadi aku kasih Drakor terbaru, lah.. bukannya menghayati dramanya malah menghayati nangisnya" jawab Haikal.

"Iya, kak?!"

"Iya ma. Ya udah, Alika sama Haikal naik dulu ke atas" pamit Alika.

Dua kakak beradik itu segera mengambil langkah seribu untuk menyelamatkan diri dari introgasi sang mama.

Sementara sang mama hanya geleng-geleng kepala menyaksikan hal tersebut.

"Makasih kal, udah selametin kakak barusan" ucap Alika setelah mereka sampai di lantai dua.

"Iya, mandi gih kak. Udah mau Maghrib deh kayaknya."

"Iya. Kamu juga mandi ya?"

"Iya."

Keduanya pun berpisah dan masuk ke kamar masing-masing.

          Alika segera masuk kamar mandi setelah masuk ke dalam kamarnya.

Berendam, adalah pilihannya kali ini.

Alika segera masuk ke dalam bath up yang sudah penuh air sabun aromaterapi.

Ia akan mengambil sepuluh menit saja untuk berendam, karena waktunya yang hampir Maghrib.

Selesai.

Alika segera membilas tubuh kemudian memakai bathrobenya. Setelahnya ia berganti baju.

Ia hendak mengenakan mukenah, ketika ia menyadari satu hal. Ia tidak bertemu abangnya sama sekali hari ini.

Jadilah, mukenah ia letakkan kembali di atas ranjang.

Mengenakan sandal berbulu, ia keluar kamar untuk mencari abangnya di kamar.

Sampai di sana, Alika mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban. Ia ulangi sekali lagi, dan hasilnya sama.

Alika dengan terpaksa membuka pintu. Aneh. Di kamar abangnya, nampak gelap gulita. Ini bukan abangnya sekali.

Meraba-raba dinding, Alika mencoba mencari sakelar lampu.

Kamar menjadi terang, saat lampu sudah menyala.

Dengan matanya, ia menatap sepasang manusia yang masih khusyu' terlelap di balik selimut. Dengan posisi abangnya yang memeluk iparnya dari belakang.

Alika terlebih dahulu menutup pintu, sebelum membangunkan sepasang manusia tersebut.

Alika mendekat ke arah ranjang. Ia di buat geleng kepala, lantaran abangnya yang sama sekali tidak menyadari kehadiran manusia lain di kamarnya.

"Orang alim bisa telat bangun juga ya?!" pikirnya sambil cekikikan.

Ia mendekat dan meniup keras telinga abangnya. Sekali, tidak berhasil. Ia ulangi lagi, hingga sang korban kejahilan menggeliat.

"Sayang.. udahan dong.. Abang juga capek.." lirih Ahsan dengan mata terpejam.

"Gempa woy, gempaaa!!!.." teriak Alika.

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang