Sembilan Belas

85 13 0
                                    

 
Kediaman Friska.    
      

          Catur di antar sampai halaman oleh keluarga besar Friska. Kedatangannya sebagai orang yang meminang Friska, di sambut baik oleh ayah bunda juga kedua kakak Friska.
Mereka sepakat bahwa pertemuan dua keluarga akan di adakan Minggu depan sekaligus lamaran.

Friska yang memang mencintai Catur, tak sungkan menggamit tangan bosnya yang saat ini
statusnya adalah calon suaminya.

"Mas pulang dulu ya Fris?" pamitnya.

"Iya  m..Maas.. hati-hati di jalan. Sampai rumah, kabari Friska," jawab Friska.

"Iya. Emm.. Fris, bagaimanapun kita awalnya, keadaan kita yang sekarang adalah pilihan mas. Mas memang belum cinta sama kamu. Tapi mas nggak bohong kalau mas sayang sama kamu," ungkap Catur, membuat bibir Friska melengkung ke atas membentuk senyum.

"Makasih mas."
"Bantu mas agar bisa cinta sama kamu. Tapi kamu juga harus sabar, karena sebelum hari ini, hati mas milik Alika. Mas harap kamu nggak bosan nunggu hati mas menyimpan nama kamu sepenuhnya," pinta Catur panjang lebar yang di angguki Friska.

"Iya, Friska akan sabar nunggu hati mas menerima Friska sepenuhnya."

"Makasih. Mari om, tante, Mas, Catur pulang dulu" pamitnya sekali lagi pada keluarga Friska.

Setelah Friska melepas gamitan tangannya, Catur masuk ke dalam mobilnya.

Menghidupkan mobil dan membunyikan klakson sekali lagi, Catur mulai menggerakkan mobilnya meninggalkan rumah calon mertuanya. Ada luka dan lega di hatinya, yang ia rasakan bersamaan.                 
Sepeninggal Catur, Friska dan keluarganya kembali masuk ke dalam rumah.

                            💔💔💔

           
          Di rumah Alika, semua orang keheranan melihat Alika ada dalam gendongan Fadil. Keadaan Alika juga terlihat tidak baik-baik saja.

"Alika kenapa Dil?!" tanya Ahsan khawatir.

"Nggak apa-apa bang. Kak Ika cuma ketiduran di mobil tadi, mungkin kecapean" terang Fadil.

"Ya udah Dil, bawa aja Alika ke atas, ke kamarnya," pinta mama Alika.

"Nggak apa-apa tan?," tanya Fadil.

"Nggak apa-apa. Udah cepetan, kasihan tanganmu sakit itu!" greget mama Alika.

"Iya Dil, yuk Abang Anter. Sayang ayok ke atas, bukain pintu kamar Alika" ajaknya pada Anin.

"Iya, bang."

Ahsan dan Anin berjalan di depan, Fadil mengikuti di belakang mereka sembari menggendong Alika.
          
          Sampai di atas, Anin segera membuka pintu kamar Alika yang sudah ia hafal. Fadil segera masuk dan merebahkan Alika di atas ranjangnya. Tak sedikitpun Alika terusik dengan itu. Tak lupa Fadil menarik selimut sebatas pinggang untuk Alika. Inginnya ia mengecup kening kak Ika pujaannya, tapi takut, karena ada pawang di belakangnya, hehee..

"Fadil pulang dulu ya bang, kak?" Pamitnya.

"Iya, makasih atas bantuannya. Emm, Haikal ke mana?" tanya Ahsan.

"Ngerjain tugas bang, sama Egyn dan Tama" jawabnya.
"Oh gitu. Ya udah, kamu hati-hati di jalan," pesan Ahsan.

Catur segera turun, tinggallah Ahsan dan Anin di kamar Alika.
         
           Ahsan duduk di samping Alika berbaring. Matanya menemukan ada yang beda dari adiknya. Matanya tampak membengkak dan hidungnya kemerahan. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

Mendaratkan sekilas kecupan sayang untuk Alika, Ahsan berdiri dan mengajak istrinya keluar.

"Ayok dek kita keluar, biarkan Alika istirahat. Matikan lampunya, ganti yang redup aja" ajak dan perintah Ahsan. Anin segera menuruti perintah sang suami.

Setelah memastikan suasana kamar Alika nyaman, Ahsan merangkul mesra pinggang istrinya. Ia membawa Anin masuk ke dalam kamarnya, tepat di samping kanan kamar Alika.

                         
                                💔💔💔

       
             Di ruang keluarga Catur, Ayah Sahari tengah duduk termenung. Malam mulai melarut, namun matanya enggan terpejam. Beliau masih terkejut dengan keputusan puteranya. Ia sudah sangat menyayangi Alika, dan berharap perempuan mandiri itu menjadi menantunya. Tepukan sang istri di bahunya tak jua meringankan beban di hatinya.
         
           Catur memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Setelahnya, ia turun dan masuk ke dalam rumah. Di ruang keluarga, ia melihat ayahnya tengah melamun, dan bunda setia mengusap lengan ayahnya.

"Sudah pulang kamu?" tanya ayah yang mengejutkan Catur dan juga bunda, yang tidak menyadari kehadirannya.

"Iya yah, sudah."

"Bagaimana lamaran kamu, di terima?" tanya ayah lagi tanpa menoleh.
Catur mendekat. Setelah sampai di hadapan ayahnya, ia bersimpuh di pangkuan sang ayah.

"Iya ayah, lamaranku di terima, dan Minggu depan dua keluarga akan bertemu, kami akan bertunangan
" ucap Catur tanpa berani memandang ayahnya.

"Oke, atur aja. Ayah hanya perlu ngikut aja kan?."

"Iya. Emmm.. ayah marah?" tanya Catur memberanikan diri menatap wajah sang ayah. Sementara yang di tanya enggan menjawab dan berdiri menarik tangan istrinya.

"Ayo bund, kita istirahat. Ayah capek."

"Ya ayah," jawabnya. Sebelum melangkah, ia sempatkan berbicara sebentar pada sang putera.

"Istirahatlah. Lain kali kita bahas lagi. Bunda sama ayah istirahat dulu" pamit bunda yang di angguki Catur.

Sepasang paruh baya itu pun masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Catur yang masih terdiam tanpa beranjak dari sana.

                          
                                💔💔💔

Faidatul Mar'ah

Jember, 12 Desember 2021

Part ngambang, berantakan..
Semoga masih berkenan membaca.
Vote dan komennya jangan lupa..
Makasih..♥️♥️♥️

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang