DELAPAN

89 13 0
                                        

        

            Catur dan Friska sudah rapi, namun mereka masih di dalam kamar. Catur diam di ranjang, sementara Friska duduk di kursi meja rias. Keduanya masih membisu, walaupun duduk berhadapan dan saling memandang.

Catur memberanikan diri membuka percakapan.

"Saya minta maaf soal yang semalam," ucap catur mengawali.

"Saya juga minta maaf pak, karena saya lancang sama bapak" balas Friska sembari tersenyum tipis.

"Saya lebih lancang sama kamu. Ini pertama buat saya, dan saya tahu ini pertama juga buat kamu. Dan perlu kamu tahu, saya tidak akan lari. Entah tumbuh atau tidak benih saya di rahim kamu nantinya, saya usahakan saya akan menikahi kamu," ucap Catur tulus.

"Tapi pak, bagaimana dengan mbak Alika?"
pertanyaan Friska  berhasil menggores kembali hati nuraninya. Seketika matanya berembun, karena teringat banyak hal tentang Alika dan dirinya. Entahlah.

"Saya juga masih rancu dengan keadaan ini. Tapi plis, bantu saya untuk yakin dengan keputusan ini. Ijinkan saya mempertanggung jawabkan kebejatan saya. Kita sudah berbuat dosa. Saya tidak mungkin menambah dosa lagi, andai suatu saat perbuatan saya tadi malam menghasilkan malaikat tak berdosa," ucap Catur panjang lebar.

Membuat debar cinta di hati Friska semakin bertalu.

Tak ada yang bisa Friska lakukan selain mengangguk mantap. Caranya mendapatkan orang yang ia cintai memang salah, tapi sisi lain hatinya juga membenarkan.

"Simpan rapat-rapat kejadian ini. Kita akan cari waktu yang tepat untuk membicarakan ini lagi. Sekarang saya pulang dulu. Jika tidak memungkinkan, kamu tidak usah ke kantor," ucap Catur.

Entah keberanian dari mana, ia mendekat ke arah Friska duduk dan ia begitu saja mendaratkan kecupan hangat di kening Friska.

Mengakhiri kecupannya, Catur segera pamit pulang, mumpung hari belum siang. Hal itu ia lakukan demi menghindari interogasi para pekerja rumahtangga di rumah Friska.

                         
                              💔💔💔

     
          Di sepanjang jalan, air mata berlelehan dari kedua mata Catur. Banyak yang ia pikirkan. Ia bingung, bagaimana caranya mengakhiri hubungannya dengan Alika, yang sudah empat tahun berjalan.

Betapa brengseknya ia yang menyepelekan permintaan keseriusan dari dua keluarga. Betapa bejatnya ia yang termakan hasutan setan.

Ia memang tidak religius, tapi ia tahu batasan. Dan semalam, ia telah melanggar batasan itu. Ia buntu. Bagaimana caranya jujur pada orangtuanya?.

"Alika, Abang cinta sama kamu. Abang sayang sama kamu. Tapi bagaimana Abang saat ini?, Apa yang harus Abang lakukan?. Kenapa Abang baru sadar sekarang kalau kamu begitu berharga?. Kenapa Abang mengabaikan permintaan kamu dan keluarga kita?. Kamu tulus Alika, tapi kenapa Abang menyia-nyiakan impian kamu yang tak sedikitpun mengukur materi?!" ceracau Catur dalam tangisnya.

Sebagai lelaki ia merasa bodoh. Memacari seorang Alika selama empat tahun tanpa mewujudkan pernikahan. Padahal mereka sudah sama-sama dewasa. Dan bejatnya ia yang malah memberikan perjakanya pada wanita lain, bukan pada Alika kelak.

Sembari sesekali mengusap air mata, Catur mengemudikan mobilnya ke arah kantor. Ia tidak mungkin kembali ke rumah. Ia tak akan kuasa menatap wajah orangtua yang ia kecewakan, kendati tidak ada yang tahu apa yang sedang ia alami.

                          
                            💔💔💔

Jember, 25 November 2021

Hai, selamat malam..
Part kali ini lebih pendek.
Ada sengaja sih, biar kalian yang baca kagak engap.. hehehee..
Oke, see ya again.
Happy reading..
Vote and comment, please..
Thank ya..

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang