Tiga Puluh Lima

119 11 0
                                    


Happy reading..

     Sudah berbulan-bulan sejak hari itu, Alika tak pernah lagi menghubungi Catur, sang mantan kekasih.

Akhir bulan ini, sudah masuk bulan ke delapan, ia memfokuskan diri pada pekerjaan. Ia mencoba menjaga jarak dengan makhluk berspesies laki-laki.

Bukan maksud menyama ratakan karakter. Tapi Alika hanya sedang mencari ketenangan, sebelum akhirnya nanti ia melabuhkan hati kembali pada orang yang tepat.

       Usaha wedding dan event organizernya, Minggu lalu juga membuka satu cabang.

Seorang teman yang ia kenal dari sebuah wedding, mengajaknya bekerja sama. Hal itu tentu tak di sia-siakan seorang Alika.

Butiknya yang semula kecil dengan beberapa pegawai, kini semakin besar dan ramai. Bahkan dua hari lalu, dua cabang baru ia resmikan bersamaan.

     Hari ini hari minggu. Alika sedang betah berdiam diri di kamar. Tak ada yang di lakukan. Ia hanya meringkuk, bergelung selimut tebal di atas ranjang empuknya.

Suara pintu kamarnya yang di ketuk, membuatnya mau tak mau beranjak untuk membuka pintu.

Pintu sudah ia buka, nampak Abang dan iparnya berdiri di sana.

"Pagi perawan, masih gembel aja?!" seloroh Ahsan, yang setelah Anin di nyatakan hamil, menjadi lebih periang.

"Masuk bang, kak" ucap Alika mempersilahkan.

Ahsan dan Anin masuk ke kamar Alika dan duduk di sofa yang ada di sana.

Abang dan iparnya duduk, sementara Alika kembali menenggelamkan diri di balik selimut.

"Kak, ih, kok molor lagi!" protes Ahsan sembari membuka paksa selimut Alika.

"Capek bang, biarin kakak istirahat, mumpung nggak ada kerjaan" keluh Alika dramatis.

"Kamunya aja yang mau payah. Udah jadi bos tuh, kali-kali tinggal nyuruh aja."

"Mana bisa gitu, bang?. Alika bukan bos kantor, Alika pemilik jasa wedding dan event, Alika harus bener-bener terjun ke lapangan" alibi Alika.

"Iya, iya. Kak, bangun gih, buatin minum. Di bawah ada sahabat-sahabat Haikal nongkrong, pada bawa istrinya juga. Kasihan kalau di anggurin."

"Lah, mama sama bibi ke mana?!" tanya Alika bingung.

"Mama sama bibi ke pasar kak" sahut Anin.

"Ya udah, Abang sama kakak mau di bikinin minuman apa?" tawar Alika.

"Air asem gula merah" celetuk Anin.

"Seriusan?, Calon ponakan masih minta begituan?!" heran Alika

"Serius"

"Ya udah tunggu, kakak bikinin dulu. Bawa ke sini apa di bawah aja?" tawar Alika.

"Bawah aja, kak" sahut Ahsan.

Akhirnya, kakak beradik itu turun ke lantai bawah.

Ahsan dan istri bergabung dengan sahabat-sahabat Haikal. Sementara Alika beranjak ke dapur untuk membuat minum dan menyiapkan beberapa cemilan.

💔💔💔

      Fadil terkesima menatap Alika yang berjalan ke arah ruang tamu, di mana ia juga duduk di sana.

Alika hanya mengenakan celana trening hitam dengan kaos merah yang kebesaran. Rambut panjangnya terurai dan tanpa mengenakan riasan di wajahnya.

Hal itu sukses membuat Fadil terpesona dan jatuh cinta berkali-kali pada sosok wanita dewasa di hadapannya ini.

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang