Di dalam mobil Fadil, suasana hening. Alika sudah bisa tenang. Berbekal tisu yang di sodorkan Fadil, perlahan ia mengusap sisa-sisa air matanya.
Mobil yang Fadil biarkan terbuka, membuat bunda Arumi dan Arvika, bisa melihat bagaimana kacaunya Alika.
Di rasa Alika sudah aman, Arvika kembali masuk ke dalam gedung. Tinggal bunda Arumi, yang kini melangkah mendekati mobil Fadil.
"Maaf mas permisi. Bisa saya ngobrol dengan nak Alika sebentar?" sapa bunda Arumi pada Fadil.
"Oh bisa Bu. Silahkan duduk di sini, saya akan keluar" pamit Fadil.
Fadil pun keluar dari mobilnya, dan memilih menjauh sebentar. Sementara bunda Arumi, masuk dan duduk di samping Alika.
Seperti ada yang meremas hatinya, kala ia melihat sendiri betapa kacaunya mantan calon menantunya ini. Matanya membengkak dengan kulit yang memerah sehabis menangis tadi.
"Alika" panggil bunda Arumi pelan, berusaha menarik atensi Alika.
Berhasil. Alika menoleh perlahan mendengar namanya di panggil. Seutas senyum ia tampilkan untuk mantan calon mertuanya. Tak lupa ia ambil tangan paruh baya di sampingnya ini untuk ia jabat.
"Tante apa kabar?" tanya Alika.
"Baik, nak. Kamu apa kabar?" tanya bunda Arumi.
"Alika sangat baik, tan. Emm, maaf jadi ngrepotin. Harusnya Alika yang berkunjung, ini malah Tante duluan, hehee" kekeh Alika, seolah beberapa menit yang lalu tidak terjadi apa-apa.
"Iya nggak apa-apa nak. Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya bunda Catur itu dengan khawatir.
"Iya tante. Tante ada apa tiba-tiba datang ke sini?."
"Tante...ingin memastikan sendiri, apa benar hubungan kalian berakhir?."
"Abang nggak ada bilang, tan?"
"Bilang, bahkan... Ia...sudah membawa calonnya ke rumah, dan.."
"Dan?"
"Dan.. emm.., Ming.. mingguu depaaan, Abang akan bertunangan" terang bunda Catur akhirnya.
Alika terhenyak.
Tetap ada yang terasa sakit di hatinya, kala ia mendengar kabar ini. Posisi inilah yang di inginkan Alika empat tahun ini. Namun semua harus berakhir tanpa sisa.
Alika hanya bisa terdiam di hadapan ibu mantan kekasihnya ini. Air mata yang sudah mengering, mau tak mau menetes lagi. Ia menangis dalam diam, dengan bibir tersenyum.
"Selamat ya Tante?. Akhirnya tante akan punya menantu lagi. Nggak lama lagi si Nabil bakal punya temen" ucap Alika sekuat tenaga.
"Kamu nggak mau berjuang sekali lagi, nak?. Tante tahu kamu sangat mencintai anak tante."
"Alika udah nggak ada hak berjuang lagi tante. Empat tahun hubungan kami berjalan, Alika nggak minta apa-apa. Alika cuma minta Abang serius aja. Tapi sampai kami selesai, abang nggak pernah kabulin keinginan Alika. Selesai tante. Alika udah bukan siapa-siapa lagi. Biarkan Abang bahagia dengan pilihannya."
"Tante minta maaf."
"Tante nggak salah. Hanya kami saja yang bermasalah."
"Boleh tante peluk kamu nak?."
"Boleh Tante."
Kedua perempuan beda usia itupun berpelukan, dengan tangis yang tidak bisa di bendung lagi. Bunda Arumi serasa enggan melepas Alika sebagai calon menantu. Tapi ia juga tak mungkin tidak menerima calon pilihan anaknya.
Mereka melepas pelukan. Terakhir kali, bunda Arumi mencium kening mantan calon menantunya dalam. Sebelum akhirnya paruh baya itu berpamitan. Dan Alika hanya bisa mengantarkan dengan tatapan dan senyuman sendu.
💔💔💔
Fadil kembali masuk ke dalam mobil, setelah memastikan si ibu tadi pergi. Di lihatnya kak Alika nya masih mengelap air mata."Tadi siapa, kak?" tanya Fadil.
"Tante Arumi, bundanya Catur."
"Oh, Catur pacar kakak?."
"Mantan."
"Emang iya??!" tanya Fadil pura-pura kaget.
"Ya begitulah" jawabnya pelan.
"Ya udah, kak. Nggak penting kakak putus. Aku mohon, jangan sedih lagi. Aku nggak bisa lihat kakak nangis kayak tadi" ucapnya serius.
"Iya. Keadaan hubunganku yang udah berakhir, biar jadi rahasia aku dan kamu. Jangan sampai keluargaku tahu."
"Kenapa?."
"Kenapa-kenapanya kamu nggak perlu tahu. Cukup jadi rahasia aja"
"Baiklah. Yuk kak, makan dulu. Aku udah beli nasi soto buat kak Alika" ucap Catur semabari meraih kantong kresek berisi makanan kesukaan Alika.
"Ada yang lain nggak?" tanya Alika.
"Nggak ada sih kak. Aku cuma beli ini tadi. Ini kan, makanan favorit kakak" ucapnya.
" Kalau nggak ada yang lain, nggak usah deh" jawab Alika.
"Atau kak Alika mau makan di luar aja?" tawar Fadil.
"Emang nggak ngrepotin?."
"Nggak lah."
"Terus, ini nasi sotonya buat apa?."
"Emmm, aku kasih ke temen kak Ika aja kali ya?."
"Boleh deh, kasih ke Arvi aja" setuju Alika.
" Ya udah, kak Alika di sini aja. Biar aku yang kasih ini ke dalem. Kak Ika mau di ambilkan sesuatu?," tawar Fadil lagi.
"Boleh deh, tolong bawain ponsel kakak."
"Oke."
Fadil pun meraih kantong kresek berisi makanan lalu membawanya masuk ke dalam kantor Alika.
Di dalam sana ia di sambut seorang sahabat Alika yang tak lain adalah Arvika.
"Gimana mas, Alika udah tenang?" tanyanya.
"Udah mbak. Oh iya, ini ada nasi soto buat mbak. Sebenernya tadi buat kak Alika, tapi dia nggak mau" ucap Fadil.
"Tumben?. Biasanya dia maniak soto loh" heran Arvika.
"Kurang tahu juga mbak. Oh iya, saya minta tolong, tolong mbak ambilkan ponselnya kak Alika" mohon Fadil.
"Iya, tunggu sebentar."
Arvika pun masuk ke dalam ruangan Alika untuk mengambilkan ponsel milik sahabatnya itu. Setelahnya ia menyerahkannya pada lelaki muda di hadapannya ini.
"Saya ijin bawa kak Alika makan di luar mbak" pamitnya.
"Oh iya, silahkan. Hati-hati ya?" pesannya.
"Iya mbak, mari"
"Iya, silahkan"
Fadil pun kembali keluar menemui Alika. Setelah Alika memasang sabuk pengaman begitu juga dengan dirinya, ia membawa mobilnya ke tempat makan terdekat. Yang penting Alika bisa segera makan.
💔💔💔
Faidatul Mar'ah
Jember, 21 Desember 2021
Dua hari baru selesai.. haddeh.. maklum, lagi down mood nya.
Oke, selamat membaca ya???
Semoga suka. Jangan bosan buat tinggalkan kritik dan saran.
Vote dan komennya banyakin ya???
Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally Sah (Terbit)
DiversosBanyak waktu di korbankan demi keyakinan bersama di kemudian hari. Namun keyakinan itu akhirnya meluruh seiring dengan takdir yang tak berpihak. Menutup diri, namun ada yang memaksa membuka. Mencoba masuk dengan sisi yang berbeda. Hingga kepercayaan...