Dua Puluh Enam

86 9 0
                                    


Bersama dengan cuaca mendung, aku lanjut lagi menyapa kalian beriring doa, semoga semua sama dalam perlindungan yang Maha Kuasa, Amien..

Oke, happy reading ya???

                            
                             💔💔💔

         
        Fadil membawa Alika ke sebuah rumah makan Padang. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi terlihat bersih dan nyaman.

Setelah memarkirkan mobil, Fadil lebih dulu melepas jasnya sebelum keluar untuk makan. Ia juga turut melepas sepatu dan menggantinya dengan sendal jepit. Alika keheranan di buatnya, namun ia biarkan saja.

Mereka pun akhirnya keluar mobil dan masuk ke dalam rumah makan tersebut.

Setelah memesan makanan, Fadil dan Alika memilih duduk di dekat jendela.

Sambil menunggu pesanan di siapkan, Fadil memberanikan diri membuka kembali percakapan.

" Kak", panggilnya.

"Iya?," respon Alika.

"Kak Ika dari kapan putus?" tanya Fadil hati-hati.

"Kemarin" jawab Alika singkat.

"Putus gitu aja setelah empat tahun?, Nggak sayang?" selidik Fadil.

Alika menghela nafas dalam sebelum menjawab.

"Sayang Dil, sayang banget dengan lamanya waktu yang udah kami lalui. Tapi kalau akhirnya, dia bilang akan menikahi orang lain, aku juga bisa apa?" cerita Alika.

"Emang dia selama ini nggak serius dengan kak Ika?, Empat tahun loh kak!" balas Fadil dengan menggebu.

"Serius Dil, dia serius. Tapi emang mungkin kami nggak jodoh aja," jawab Alika setenang mungkin.

"Klise kak Ika, klise banget alasan nggak jodoh itu. Kalau emang ujungnya nggak di nikahin karena nggak jodoh, lah ngapain lama-lama di pacarin?!" sergah Fadil.

"Itu urusan dia. Urusan kita sekarang adalah makan. Tuh, pramusajinya udah datang" tukas Alika sembari menunjuk pramusaji yang melangkah ke meja mereka duduk.

Fadil jadi kikuk di buatnya. Setelah sang pramusaji meletakkan makanan di meja, Alika segera makan tanpa menghiraukan Fadil yang sedetikpun tak mengalihkan pandangan dari mengagumi kecantikan Alika.

"Makan, jangan lihatin aku mulu. Awas jatuh hati, kamu!" gurau Alika.

"Emang udah jatuh hati dari dulu kak," jawab Fadil tanpa sadar.

"Apaan deh?!, yuk makan."

Fadil pun segera makan sesuai instruksi Alika. Dalam hati ia berdoa, semoga kak Ika tidak menanggapi serius ucapannya tadi. Memang serius, tapi Fadil merasa belum waktunya. 

                             💔💔💔

       Fadil kembali mengendarai mobilnya bersama Alika. Di liriknya jam digital di dashboard mobilnya, sudah jam 13.17, ia belum ambil dhuhur.

"Kak Ika salat, nggak?" tanya Fadil.

"Salat sih. Emang kenapa?."

"Kalau nggak keberatan, kita salat dulu ya?" ajak Fadil.

"Oh, ayo dong. Cari masjid atau mushalla terdekat aja" sambut Alika.

"Oke."

Fadil pun melajukan kembali mobilnya untuk mencari masjid.

Sekitar lima menit kemudian, Fadil menepikan mobil dan masuk ke pelataran sebuah masjid. Setelah memarkirkan mobil, Fadil dan Alika turun untuk memenuhi panggilan dhuhur.

                               💔💔💔

       
       Fadil sudah ada di dalam mobil, ketika Alika sampai di samping mobil anak muda tersebut. Pintu yang di buka oleh Fadil, membuat Alika segera masuk tanpa di perintah.

"Mau ke mana lagi, kak?" tanya Fadil setelah Alika menutup pintu mobil dan memasang sabuk pengaman.

"Emm, boleh minta tolong anter aku ke mall nggak Dil?. Ada beberapa properti yang minta di ganti" pinta Alika.

"Bisa kak, yuk."

Mereka berdua pun mengarah ke pusat perbelanjaan yang sekitar tiga puluh menit dari tempat mereka shalat tadi.

Di sepanjang perjalanan, keduanya diam. Alika lebih banyak melemparkan pandangannya ke luar. Sementara Fadil, tengah merasai detak jantungnya yang tak beraturan. Sambil sesekali melirik singkat pada perempuan yang ia cintai ini.

        Tak terasa, mereka berdua sudah sampai di mall tujuan mereka. Setelah mobil terparkir, keduanya turun dan masuk ke dalam mall tersebut.

Alika langsung menuju ke lantai dua, dengan tetap di ikuti Fadil di sampingnya. Ia berencana untuk membeli lampu hias lagi, karena koleksinya banyak yang mati.

Sampai di tujuannya, Alika segera memborong beberapa set dan model lampu hias. Fadil yang tidak paham properti, hanya bisa membantu jika ia di butuhkan.

"Cari apa lagi, kak?" tanya Fadil.

"Emm.. apa ya??. Bunga sintetis kali ya?. Emmm.. iya deh!."

Mereka pun beralih ke stand di sebelah stand lampu tadi. Alika akan membeli beberapa bunga sintetis.

       Satu jam berkeliling di beberapa stand, Alika sudah merasa lelah. Ia mengajak Fadil berhenti di sebuah restoran cepat saji di dalam mall tersebut.

"Mau pesen apa Dil?" tanya Alika.

"Americano aja deh, kak."

"Nggak makan lagi?."

"Nggak deh, masih kenyang. Kalau kak Ika mau makan lagi, makan aja nggak apa-apa."

"Nggak deh, masih kenyang. Mbak!!" panggilnya pada seorang pelayan.

"Iya permisi, mau pesen apa kak?."

"Americano satu sama es ttt.." ucapnya tertahan.

"Americano satu matcha latte satu"
Sambung Fadil.

Sang pelayan segera berlalu untuk membawakan pesanannya.

"Makasih Dil, udah bantuin ngomong."

"Sama-sama kak."

Setelahnya, kedua orang itu sama-sama menikmati pesanan yang telah di antar dalam diam.

                            💔💔💔

Faidatul Mar'ah

Jember, 21 Desember 2021

Finally Sah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang