Malam masih di temani hujan. Di kamarnya, Alika tengah terjaga. Kilasan peristiwa tadi sore mengusik alam bawah sadarnya. Dan bukan tuli juga, beberapa menit lalu, ia mendengar suara-suara berisik dari kamar abangnya.Ini baru pertama kalinya ia mendengar hal semacam itu. Tapi ia wanita dewasa, dan tidak bodoh untuk mengartikan suara-suara berisik itu.
Ia lirik jam weaker di atas nakas samping tempat tidurnya. Angka digital menunjukkan pukul 23.15 WIB. Itu artinya, malam sudah larut, namun belum mencapai tengah malam.Dalam lamunan, ia seperti mendengar suara Catur berbicara.
"Maafkan Abang, dek."
Suara itu terdengar jelas. Alika mengedarkan pandangan mencari asal suara. Namun tak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri.
"Abang udah nyakitin kamu."
Lagi. Suara itu terdengar lagi.
Alika bangkit dari tempat tidur. Suara-suara penyesalan itu semakin memenuhi pendengarannya. Alika gelisah mendengarnya. Ia tutup kedua telinganya dengan kedua tangan. Berharap suara itu tak terdengar lagi. Sialnya, suara itu semakin menuntut untuk di dengarkan.
Nafas Alika memburu, ia seperti orang kalap.
"Abang... Abang..," panggilnya dengan pandangan tak beraturan. Ia berjalan cepat ke arah pintu dan membukanya.
"Abang.. Abang..!!" panggilnya agak nyaring, bahkan berhasil menyita perhatian tiga orang di lantai bawah yang tengah berkutat dengan laptop.
"Abang.. jangan pergi..!" serunya sambil terisak dan berlari menuruni anak tangga. Ia terus berlari menuju ruang tamu.
Pandangannya masih mengedar mencari sesuatu. Dengan tergesa ia membuka pintu dan keluar.
Tak bisa di biarkan. Haikal mengejar kakaknya, di ikuti kedua sahabatnya. Terlihat di depan sana, Alika tengah berusaha membuka gerbang tinggi di depannya.
Ia tampak kesulitan, padahal gerbang tidak di kunci. Bibirnya terus menceracau memanggil Abang, Abang. Menerobos hujan, Haikal menghampiri kakaknya. Ia peluk tubuh kakaknya yang mulai menggigil karena air hujan.
"Kak Ika, kenapa?!."
"Abang mana?!."
"Nggak ada Abang di sini. Tadi sore kan, kak Ika di anter Fadil?!."
"Aku mau Abang, panggilin abang cepet!."
Alika meronta-ronta dalam pelukan Haikal.
"Nggak ada abang pujaanmu itu kak!. Dia nggak akan denger panggilan kakak!," sarkas Haikal dengan suara tinggi. Membuat Alika perlahan berhenti memberontak.
Ia berusaha melepas pelukan Haikal, dan Haikal membiarkan. Pandangannya masih kosong, namun bibirnya sudah berhenti meracau.
"Masuk lagi yuk, kak Ika bisa sakit kalau kelamaan mandi hujan" ajak Haikal dan Alika hanya menurut.
Haikal pun membawa Alika masuk ke dalam rumah kemudian memapah kakaknya ke dalam kamarnya di lantai dua. Kedua sahabat Haikal kembali pada kegiatannya.
💔💔💔Alika keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Di atas ranjangnya, Haikal masih setia menunggu. Keadaan Alika baik, tak terlihat sekacau seperti beberapa saat lalu. Walau matanya masih terlihat sembab.
Alika duduk di depan meja rias. Ia hendak menyisir rambut basahnya. Belum ia mengarahkan sisir ke rambutnya, Haikal sudah lebih dulu meraih dan menyisirkan rambut sepinggang kakaknya.
"Sudah lebih baik?" tanya Haikal.
"Sudah" jawab Alika singkat.
"Mau bercerita?" tanya Haikal lagi
"Nggak."
Haikal kembali menyisir rambut kakaknya. Setelah selesai, ia membimbing kakaknya untuk kembali naik ke tempat tidur. Setelah menyelimuti tubuh kakaknya, Haikal keluar kamar untuk kembali bergabung dengan ke dua sahabatnya.
💔💔💔Haikal kembali mendaratkan badannya di atas sofa. Di lihatnya kedu sahabatnya sudah mulai menguap.
"Ngantuk elo berdua?!" tanyanya.
"Banget!" sahut Egyn dan Tama bersamaan.
"Ya udah, yok lah kita istirahat dulu" putus Haikal, yang di angguki kedua sahabatnya itu.
"Kak Ika kenapa kal?" tanya Egyn penasaran.
"Nggak tahu" jawab Haikal sedikit cuek.
"Lah, emang kak Ika kagak cerita?!"
"Kagak dodol!. Udah gue tanya kagak mau cerita ya udah. Belum siap kali" jawab dan terka Haikal yang di jawab anggukan setuju kedua sahabatnya.
"Malem ini kalian tidur di kamar tamu aja ya?" Pinta Haikal.
"Duh terserah dah, gue udah ngantuk banget!" jawab Tama.
"Ya udah gue sama Tama ke kamar tamu dulu" pamit Egyn yang di angguki Haikal.
Setelah memastikan temannya masuk ke kamar tamu yang juga di ada lantai satu, ia membereskan laptop dan beberapa kertas kerja kelompoknya.
Setelahnya ia naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Sebelum masuk ke kamarnya, ia sempatkan menengok kamar kakaknya.
Cahaya memang remang-remang, tapi ia bisa melihat, di atas ranjang, kakaknya tengah duduk dengan posisi meringkung.Tak ingin mengganggu, perlahan ia tutup kembali pintu kamar kakaknya. Ia pun beranjak memasuki kamarnya sendiri untuk beristirahat. Membantu acara pernikahan abangnya ternyata cukup menguras tenaganya.
💔💔💔Faidatul Mar'ah
Jember, 14 Desember 2021
Hai, hai, apa kabar???..
Sepi amat yak???🤭🤭🤭
Ini part udah mulai beraroma bawang loh.. dikit tapi nggak banyak-banyak, wkwkwkwkkk..
Semoga suka ya???..
Kasih bintang sama komen juga boleh. Follow akun aku, juga boleh bangeeeettt.. heheheee..
Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally Sah (Terbit)
AcakBanyak waktu di korbankan demi keyakinan bersama di kemudian hari. Namun keyakinan itu akhirnya meluruh seiring dengan takdir yang tak berpihak. Menutup diri, namun ada yang memaksa membuka. Mencoba masuk dengan sisi yang berbeda. Hingga kepercayaan...