Part 20. Mengulik Rasa

351 76 37
                                    

Peluh membasahi dahi pemuda yang baru saja selesai berlaga di lapangan indoor itu. Hal pertama yang ia lakukan adalah meneguk minuman di botol yang sudah disediakan sang manajer untuknya dan mengecek ponsel yang tergeletak di atas ransel hitam miliknya. Mata jernih berceruk dalam itu menyipit saat melihat sebuah pesan dari akun dengan gambar kupu-kupu seperti tatto di pergelangan tangan kanannya.

Kupu2

[Maul, ini aku Sahla.

Bisa minta tolong nggak?

Kamu ke pondok nurul ilmi,

Kamu cari orang yang namanya Khalid.

Kalau udah, minta dia panggilin Qonita.]

“Sahla? Ngapain nggak telpon aja sih ini bocah?” Monolog Maul.

Pemuda itu terkekeh dan mencari kontak dengan nama Sahla. Beberapa kali dia mencoba menelponnya tapi tak diangkat.

“Kemana ni bocah?”

“Ul! Cabut yuk, ngampus nggak?”

“Males gue, jadwal bimbingan masih minggu depan. Lu duluan aja,” sahut sang pemuda sembari mengusap peluh dengan handuk.

Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponselnya membuat Maul kembali memfokuskan pikiran ke sana. Tak lama nomor Sahla menelponnya.

Assalamualaikum.”

“Wa alaikumsalam,  eh ini siapa ya? Sahla mana?” tanya Maul cepat saat mendapati seorang pria yang menelponnya.

Mas, ini saya nemu hapenya di tempat sampah di pondok. Ini punya Masnya?”

Astagfirullah, di pondok mana Pak? Saya ambil ke sana.”

Nurul Ilmi, Mas. Kalau mau diambil silakan ambil di pos jaga ya.”

“Baik Pak, saya ke sana sekarang. Eh, maaf sebelumnya, bapak siapa namanya?”

Saya? Taryono.”

“Baik Pa, Taryono. Terima kasih banyak.”

Maul segera menyudahi percakapannya dan tak pikir panjang pergi ke pesantren yang kebetulan tak jauh dari tempatnya berlaga futsal sore itu.

Kenapa agi sih Lu, Sahla. Jangan bilang kena kurung lagi,” tebak Maul sembari menggeber motornya membelah jalanan.

Si pemuda terlihat ragu saat sampai di kawasan pesantren. Ada peraturan dimana harus berpakaian sopan, sedang dirinya sekarang hanya menggunakan kaos hitam v neck dan celana olahraga selutut.

“Ah bodo amat, toh cuman ke satpam.” Monolog Maul sebelum turun dari motor dan berjalan ke arah pos penjagaan.

Maul menyugar rambutnya yang basah karena keringat sembari menunggu beberapa kendaraan yang mendahuluinya keluar dari area parkir lewat.

Masyaallah, rejeki anak saleha!” pekik Aini hingga membuat Almira dan Aufa serta Qonita menoleh.

“Apaan sih, Ai?”

“Tuh, ada Mas-Mas penggoda iman. Ya Allah, badannya! Astagfirullah, Masyaallah, Ya Allah,”teriak Aini tak henti-henti.

Iyus, Khalid, dan Ubay yang tengah berada di depan pos selepas memasang baliho terbaru kajian Kalam Maya, ikut menoleh.

“Loh, Mas Maul?” kata Qonita.

Khalid menatap Qonita. “Kamu kenal dia?” tanya sang pemuda dengan wajah masam.

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang