Part 11. Iqlab

442 79 27
                                    


Padat kendaraan bermotor memenuhi jalan satu arah di jantung kota Solo. Motor matic berplat nomor AD-D itu sesekali menyalip kendaraan lain di depannya sebelum akhirnya mengurangi kecepatan setelah melewati kompleks stadion Sriwedari. Tujuannya berada di sebelah kiri, gedung bergaya klasik bercat putih dengan parkiran di basement. Toko buku dengan lambang warna biru dan merah.

Langkahnya begitu ringan menapaki tangga yang berjajar dari arah parkiran di basement ke tempat lantai pertama toko buku. Petugas keamanan menyapa dengan ramah, mempersilakan masuk. Jajaran pernak-pernik, stationery, dan perlengkapan sekolah berjajar rapi di lantai pertama. Sahla celingukan, mencari dua sosok yang sudah lebih dulu sampai di tempat itu.

Kakinya melangkah ke tangga yang mengular, menghantarkan ke lantai dua, tempat dimana buku-buku berjajar. Almira mengabarkan jika dirinya berada di bagian buku pelajaran SMA. Sahla melangkahkan kakinya ke arah Almira dan Qonita berada.

“Akhirnya ketemu juga,” desah Sahla.

“Hai, lama amat sih?”

“Tadi sempat ketemu sama temen, jadinya ngobrol dulu di kampus. Gimana udah dapet? Qoni mana?”

Almira menunjuk ke arah rak buku resep masakan.

“Duh, malah pacaran.”

Almira terkekeh mendengar komentar Sahla saat melihat Qonita tengah berdua dengan Khalid sembari membahas buku.

“Ra, ini nih bagus.”

“Bagus sih emang tapi tuh harganya nggak bagus.”

Sahla mengamati pemuda yang menunjukkan buku bercover kuning nan tebal pada Almira.

“Aku ambil yang ini aja,” sambung Almira cepat.

“Gus Uka di sini juga toh?”

“Oh Mbak Sa. Iya nih, mau cari koper tadi, sekalian.”

“Yakin mau berangkat?” tanya Almira sembari menatap pemuda yang terpisah rak buku dengannya itu.

“Iya, jangan kangen ya. Nggak usah nungguin, ntar kalau ada yang ngelamar kamu terima aja. Nggak usah nungguin aku,” canda Uka.

“Aku mau nungguin kamu, kamu udah janji mau nikahin aku kan?”

“Kita udah putus, ngapain juga kamu masih ngarepin aku?”

Sahla seperti kambing congek menatap ke sana ke mari.

“Tapi kamu udah janji mau nikahin aku kan?”

“Kamu tahu kan, Abahku nggak kasih kita lampu hijau.”

Ekspresi Almira yang begitu sedih, bersambut dengan tatapan tajam milik Uka.

“Nyatanya kamu huruf nun dan aku huruf ba’. Bentuk lengkung yang menjadi gores naungan hidupnya sama, tapi titikmu di atas dan titikku di bawah. Menunjukkan betapa jelasnya beda kedudukan keluarga kita.”

“Tapi meski begitu, nun sukun dan ba’ jika bertemu akan menjadi bacaan iqlab. Kamu tahu kan? Ba’ adalah satu-satunya huruf yang ada dalam hukum tajwib iqlab. Sama seperti kamu, kamu adalah satu-satunya cinta dalam hidupku.”

Uka mengucap itu sembari menyapu pandang sekilas pada akhwat di seberangnya.

“Nun akan terlebur, dan berubah menjadi mim yang mengiringi huruf ba’ di depannya. Sama halnya ketika aku dan kamu bertemu maka kamu akan meleburku. Melebur sifat kekanakanku, menjadi sosok seperti mim yang mengayomi dan melindungimu, menyertai langkahmu, wahai bidadariku.”

“Hus! Hus! Mulai drama lagi! Itu loh Sahla yang ngeliatin sampai kayak gitu, Dek Sa, mereka emang kayak gini. Jangan dipikir. Yang ini kurang sesendok, yang itu lebih sesendok. Jadi ya gitu, suka drama. Mereka cuman bercanda.”

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang