Part 24. Meet Up Surprise

370 73 36
                                    

Suara deru mesin mobil terdengar, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sahla sudah selesai mandi dan suara sang ibu terdengar memanggilnya.

"Mbak Sa, sarapan dulu."

"Nggih, Ma," teriak Sahla sembari membenahi jumpernya.

Dia sengaja mengenakan jumper Maul, entah kenapa sejak semalam dia merasa nyaman dengan hoodie navy grey itu.

"Sahla, kamu harus inget pesan Mas Ubay. Coba dulu, siapa tahu bisa."

Jantung Sahla berdegup kencang saat otaknya menyetuskan ide untuk lebih ramah pada kedua orang tuanya. Istigfar lolos beberapa kali dari bibirnya sebelum basmalah menyertai langkahnya keluar dari kamar.

"Mobilnya kemarin kenapa, Pa?" tanya Sahla pada pria yang tengah sibuk dengan koran di tangan.

"Bocor."

"Papa lupa bawa ban serep?" tanya Sahla lagi.

"Iya, kemarin kan dilepas waktu nyuci, malah lupa."

"Terus papa tambalin dulu? Siapa yang bantuin?"

Syarif menurunkan korannya dan menatap sang putri. Sejujurnya lutut Sahla sudah gemetar karena sang ayah menatapnya tajam.

"Ayo makan dulu, nih, masakan Eyang Uti." Ibu Sahla menyela percakapan, suami dan sang putri.

"Afiq, sini makan dulu," lanjut sang ibu sambil menyodorkan sesendok nasi dengan ayam suwir.

Sahla menyerobotnya tanpa permisi.

"Loh, Mbak Sa. Punya adik ini."

Sahla meringis sembari mengunyah nasi liwetnya sementara sang adik memberengut.

"Mbak Sa ambil sendiri sana," tukas Syafiq.

"Mbak kan lagi sakit, Mbak mau disuapin Mama juga."

Assyfa menggelengkan kepalanya melihat dua anaknya berebut makan. Senyum terkembang kemudian.

"Ya udah, sini. Mbak kanan, adik kiri. Semua Mama suapin."

Sahla bersorak, menirukan gaya sang adik jika sedang senang. Sedari tadi Syarif tak melepas tatap dari sang putri.

"Mbak Sa udah besar, makan sendiri sana," protes Syafiq sembari mendorong tubuh sang kakak menjauh dari ibunya.

Bocah itu tentu hanya main-main saja. Dia sejujurnya sangat sayang pada sang kakak, yang sama sekali tak pernah marah padanya.

"Ya udah kalau gitu, Mbak sama papa. Kamu sama mama. Mbak sayang papa, mau minta hadiah sama papa."

Sahla mendekat ke arah sang ayah dan duduk di sampingnya kemudian menyandarkan kepala di lengan sang ayah.

"Kamu kenapa?" tanya sang ayah.

Sahla menggeleng. "Kangen Papa," jawabnya.

"Hm?" Sang ayah memastikan.

"Sahla kangen Papa," cicit Sahla.

Assyfa terkekeh. "Oalah, anak papa balik lagi. Dulu, Mbakmu itu ya Fiq, apa-apa Papa. Apa-apa Papa. Jaman Papa masih praktek di rumah, selalu ngintil Papa. Tapi, setelah Papa sekolah lagi, mulai sibuk, ya udah nggak pernah ikut."

"Mbak Sa manja sama Papa ya Ma?"

"Banget. Mama nggak kepake. Apa-apa Papa," kenang Assyfa.

Sahla meringis, jujur saja dia tidak yakin apa Papanya akan nyaman dengan sikapnya yang sudah lama tak ia munculkan.

"Cepet sana makan. Habis itu kita ke Solo. Minggu depan, Papa sibuk. Jangan ngerengek minta jalan-jalan, ya Fiq?"

"La kalau Afiq bosen?" Syafiq menanyakan kemungkinan yang akan terjadi.

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang