Mobil berbahan bakan solar keluaran tahun 2005 itu berhenti menggerung. Dari dalamnya keluar empat orang dengan mata berbinar, berjalan ke arah salah satu pintu tempat umum yang masih sepi. Ya, Subuh baru berlalu empat puluh menit lalu. Masih terlalu pagi untuk bepergian, tapi tidak untuk menyambut kedatangan orang terkasih yang tak lama bersua.
Wanita dengan gamis merah maroon berlari kecil dan menubrukkan dirinya ke tubuh kekar sang kakak.
"Eh, eh jangan lari!"
Ubay mengangkat tubuh sang adik dan memutarnya bak anak kecil yang tengah bermain. Tubuh kurus Nay bahkan tak lebih berat dari sekarung singkong yang ia panen kemarin.
"Cantiknya Kang Ubay," ucap pria itu sembari menurunkan sang adik dan memeluknya.
"Kangen," ucap Nay manja.
Meski terlihat pendiam, sebenarnya Nay lebih manja dibanding si bungsu May. Suara koper ditarik terdengar.
"Kamu balik juga?" Ubay menyadari jika ada sosok lain di sana.
Pemuda yang hanya berselisih umur satu tahun dengannya itu mengulurkan tangan memeluk sang kakek, nenek, Azmi, dan baru mengarahkan sapa pada Ubay.
"Aku nggak setega itu biarin adikku pulang sendiri."
"Kuliahmu gimana?"
"Aku kan tinggal ngurus soal tulisanku."
"Uka gimana?"
"Dia udah bebas liar. Anak itu kan gampang banget kenal orang. Dia aja jarang di rumah. Hampir nggak pernah pulang."
Ubay memeluk adik keduanya sebelum kembali merangkul si nomor tiga.
"Yok kita pulang. Kita sarapan dulu ya? Naysa mau makan apa, Nduk?"
"Apa aja Mbah," jawab sang gadis cepat.
"Yang penting disuapin sama Kang Ubay, Nay pasti mau Mbah," sahut Azmi.
"Mas Az, tau banget deh."
"Seluruh dunia juga tahu kamu paling manja sama Masmu."
Nay terkikik, dia bahkan tak melepas tangan Ubay sedikitpun di sepanjang perjalanan. Azmi mengambil alih posisi Ubay dibalik setir.
"Kang, kenapa Abah jahat?"
Nay menyandarkan kepalanya di lengan sang kakak.
"Eh, Abah nggak jahat. Besok kita pulang ke rumah Abah ya?"
Nay menggeleng cepat. "Aku nggak mau ke sana."
Ubay mengelus kepala sang adik.
"Cah Ayu, nggak boleh kayak gitu. Abah nggak jahat, aku yang nakal. Aku nggak mau kalau kamu jadi musuhin abah."
"Tapi abah ngusir Kang Ubay!" ketus Nay dengan mata berair.
"Karena aku nakal. Nanti, aku mau pulang, minta maaf sama abah. Kamu nggak kangen Ummah? Nggak mau ketemu May? Nggak mau ketemu sepupu baru kita? Adiknya Fiza."
Nay menghembus napas. Bohong jika ia mengatakan tidak. Hampir dua tahun ia tak pulang. Mana mungkin tak rindu.
"Kang, Mbak Sahla kenapa nggak dikasih tau kalau Kang Ubay di rumah simbah?"
"Sahla? Apa hubungannya sama dia?"
Nay menatap mata sang kakak.
"Aku dengar semua cerita dari May dan Buna Zia. Kang Ubay utang mukena kan buat ngasih hadiah ke dia?"
Mata Ubay membulat, dia dengan cepat memasang jari di depan bibir. Mengode adiknya agar tidak bicara keras-keras.
"Sahla? Siapa Sahla?" tanya pria sepuh yang duduk bersama sang istri di bangku tengah.
![](https://img.wattpad.com/cover/290463248-288-k983097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romance"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."