Tirai berbentuk kupu-kupu berwarna silver yang akan menyala saat gelap itu, bergerak-gerak tertiup angin. Dua hari ia terkurung di sana, tidak ada yang bisa ia lakukan selain membaca ulang buku-buku koleksinya.“Ini barangmu, ini hapemu yang baru. Papa bakal cek semua pesan di hapemu setiap malam.”
Sahla segera bangkit dari ranjangnya.
“Hapenya Sa emang nggak ada Pa?” tanya Sahla.
“Hapemu kan udah lama nggak ganti. Sekarang kamu fokus sama tugasmu, besok pagi Papa sama Mama mau nganterin adik ke toko buku. Kalau kamu mau ikut, kamu bisa bikin wishlist bookmu mulai sekarang.”
Mendengar kata toko buku tentu membuat Sahla sangat senang.
“Papa mau jemput Mama dulu ke rumah Eyang. Papa kunci dari luar.”
Sahla mengangguk dan mengulurkan tangan mencium punggung tangan sang ayah. Dara itu memastikan sang ayah benar-benar pergi sebelum dia menelpon ke nomor ponsel lamanya.
“Halo?”
“Ul, ini aku. Kamu beneran mau nganter hapeku ke sini?”
“Iya, aku bentar lagi nyampe di rumah Bude. Rumahmu aman nggak? Baru aja aku mau DM kamu.”
“Aman, cuman ya dikunci dari luar. Nanti kamu lompat dari tempat biasa aja gimana?”
“Iya, eh ntar aku penasaran. Ubay siapa sih?”
“Ubay? Mas Ubay? Dia atasanku. Kenapa?”
“Enggak sih, rada rese. Ngulur waktu banget cuman perkara ngambil hape aja.”
“Lah, ya wajar juga sih. Pasti dia mikir dulu, kamu beneran dapet mandat dari aku enggak,” sahut Sahla sambil tertawa.
“Bisa jadi, mau nitip apa nih? Cokelat? Es krim?”
“Nggak usah, aku udah ada makanan di rumah.”
“Mau oleh-oleh apa sayangku?” ralat Maul.
Sahla terkekeh. “Beneran nggak usah, Aul.”
“Oke berarti itu aku artikan sebagai, cheetos satu, pocky dua, chunkybar dua, greek yogurt yang plain, sama vienetta?”
“Ul, istri kamu pasti beruntung banget nikah sama kamu, seriusan deh.”
Tawa terdengar dari kedua ujung telepon. “Tunggu aku bentar ya, nanti aku ketok jendelamu.”
“Oke. Hati-hati Maulana Habibi,” tutup Sahla.
Gadis itu segera meletakkan ponsel barunya dan membuka laptop kesayangan yang sudah dua hari tak ditangan.
“Pinky, akhirnya kita ketemu lagi.” Sapa Sahla pada benda pipih yang berusaha menyala setelah tombol power ditekan sang empunya.
Sahla mengarahkan kursor pada lambang briefcase sembari mengklik kanan di sana. Dahinya mengernyit, bukan file-file itu yang terakhir ia buka. Tangan kanannya kembali menekan satu kali pada aplikasi berlambang W. Lagi-lagi dia mencurigai sesuatu, ada dokumen yang dibuat oleh orang lain.
Ada tiga judul dokumen asing di sana. Jemari Sahla dengan lincah mengklik judul dokumen tersebut dan seketika lembar tulisan itu muncul di depannya.
“Untuk kamu, yang mungkin kini tengah meringkuk dalam dunia lamamu.”
Sahla menebak-nebak, siapa yang menulisnya.
“Darimu aku belajar banyak arti tatap manusia. Kagum, heran, takjub, sedih, kecewa, bahagia, marah, kesal, putus asa, hampa, dan takut.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romance"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."