Part 27. Kisah Lalu

327 63 24
                                    

Ruang kamar dengan ukuran lima kali enam itu kini dihuni dua orang. Ubay tentu tak bisa tidur nyenyak.

"Tidur aja udah, kejamnya dunia harus dilawan pakai fisik yang kuat. Kalau kurang tidur ujung-ujungnya sakit," tukas Maul saat melihat Ubay kembali terjaga.

Jam menunjukkan pukul dua belas kurang lima belas.

"Aku cuma kepikiran, ibuku pasti lagi nyariin aku," desah Ubay.

Selama dua puluh enam tahun, mereka tak pernah terpisah. Paling lama hanya saat naik haji, selebihnya tak pernah.

Maul terkekeh. "Lah, gagah-gagah anak Mami."

"Semua orang anak mami. Emang anak batu?" sergah Ubay.

Maul menghempas pantatnya di karpet dan melempar handuknya asal hingga tersampir di atas kursi.

"Bener juga. Tanpa ayah kita bisa hidup, tanpa ibu nggak bisa."

"Mana ada? Ya setiap anak hadir karena ada ayah sama ibunya."

Maul menarik sebuah bantal, menyejajari Ubay.

"Aku nggak kenal ayahku, tapi aku bisa hidup," ucap Maul.

Ubay menoleh. "Maksudnya?"

"Ah, apa sebenarnya hubunganmu sama Mbakku?" tanya Maul sembari menyandarkan punggungnya di tembok yang dingin.

"Zuhaira? Dia calon istriku."

Maul menyipitkan mata. "Jadi kamu yang katanya dijodohkan dengan Mbak Ail?"

Ubay mengangguk. "Orangtua kita sepakat untuk menikahkan aku dengan orang yang ternyata mbakmu. Aku nggak tau kalau dia kakakmu. Misal aku tau, aku bisa treat kamu lebih baik."

"Cih, murahan banget. Carmuk gitu? Aku nggak rela mbakku nikah sama laki modelan kamu. Lemah, anak mami, tukang gangguin cewek orang lagi."

Ubay terkekeh. "Makasih sudah jujur kasih penilaiannya. Tapi aku nggak gangguin cewek orang. Sahla sendiri yang bilang nggak punya pacar dulu."

"Kamu suka sama Sahla?"

"Apa ketika kita berhubungan baik dengan lawan jenis, harus ada rasa suka di sana?" tanya Ubay.

Maul yang tadi menatap Ubay tajam sekarang membuang mata jengah.

"Aku paling nggak suka kalau tanya dijawab tanya." Sarkas Maul.

"Berarti kita nggak cocok. Aku lebih suka jawab pertanyaan dengan pertanyaan lain."

"Sejak kapan kamu temenan sama Sahla? Kenapa kamu bisa jatuh cinta sama dia?"

Maul menguap dan menutup mulutnya dengan bantal.

"Ngantuk ah, bisa dibahas besok?" tanya Maul.

"Ya udah, tidur. Kamu yang sini. Aku yang pinggir. Bahaya kalau kamu jatuh."

Maul mengernyit. "Eh jangan bikin dada nyut-nyutan, kita cuma berduaan loh. Nggak usah sok perhatian."

Ubay terbahak. "Aku lebih tua dari kamu. Wajib menempatkan diri sebagai kakak. Buruan tidur."

Maul akhirnya menurut dan bergeser ke sisi samping tembok. Pria itu menggumamkan doa sebelum tidur lalu memiringjan tubuhnya memunggungi Ubay. Dia menutup mata, tak lama rasa hangat merambati tubuhnya.

Diam-diam Ubay menyelimutinya. Maul mendengar bacaan lirih ayat kursi sebelum merasa puncak kepalanya diusap lembut.

"Berikan mimpi yang indah untuk saudaraku Maulana, Ya Allah. Angkat seluruh lelahnya. Begitu juga untuk semua adikku dimanapun mereka berada," lirih Ubay sebelum dilanjutkan dengan doa sebelum tidur.

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang