Part 2. Futsal

1K 123 56
                                    

Suara berisik khas penonton pertandingan olahraga terdengar. Sahla memasuki area gedung olahraga itu untuk menemui pemuda yang semalam menelponnya. Di luar gedung, beberapa penjual makanan berjajar menjajakan dagangan mereka.

“Sahla?”

Akhwat itu menoleh, seorang gadis dengan jilbab syar’i berwarna biru melambaikan tangan padanya. Lengkung bibir seketika digambar Sahla, langkah kaki berlari kecil mendekatkan Sahla pada sosok yang memanggilnya.

“Qonita!” Sahla menyebut nama teman sekolahnya itu kemudian memeluknya.

“Kamu mau nonton? Kok baru dateng? Udah mulai dari tadi loh,” kata Qonita.

“Aku janjian sama temenku kok.”

“Siapa? Cowok ya?”

Sahla terkikik. “Kenalan pas maba dulu. Kamu jualan?”

Qonita mengangguk dan mengulas senyum.

“Qoni, tadi Khalid nitip jaket di sini nggak?”

Sosok tinggi tegap menyela pembicaraan dua dara itu.

“Oh, iya Kang. Ini nih.”

Sahla mendongak menatap pria yang berdiri di sampingnya itu. Rahang maskulin yang dibingkai dengan jenggot tipis itu sedikit tidak sinkron dengan bibir kemerahan dan kulit putih yang seharusnya dimiliki wanita. Bulu mata lentik membingkai mata yang cenderung sipit dan bersorot teduh.

“Sa! Sa!”

“Hm? Ya?”

Sahla terkejut saat mendengar Qonita memanggilnya. Pria tadi terlihat tersenyum tipis.

“Kesirep Kang Ubay kamu?” seloroh Qonita.

Seketika Sahla menunduk dan tertawa bodoh.

“Sirep-sirep, dipikir aku dukun?” protes sang pria.

Qonita tertawa. “Habisnya temenku ngeliatin Kang Ubay sampai segitunya.”

“Aku ... aku ... nggak sengaja. Maaf ya Mas,” ucap Sahla penuh penyesalan.

Pria tadi terkekeh. “Aku nggak ngerasa dirugikan kok. Tapi lain kali jangan lupa kedip, matanya kasian kalau kelamaan kebuka. Pedih nanti.”

Sahla benar-benar malu karena kebodohannya. Dia hanya bisa mengangguk-angguk. “Nggih Mas, sekali lagi maaf.”

“Gus! Cie ... cie ... couplean gitu, pondok rame nih ntar. Gus Ubay sama cewek nonton futsal bareng.”

Pria tadi menoleh bersamaan dengan Qonita dan Sahla.

“Eh iya, kaosnya samaan,” tutur Qonita membuat Sahla dan Ubay saling pandang.

Dua kali, dia malu. Kenapa harus dia memakai kaos yang sama dengan pria tak dikenal itu.

“Qon, a-aku masuk dulu ya. Nanti kalau mau balik, aku ke sini lagi. Kamu masih lama kan?” Sahla mengalihkan perhatian dan buru-buru mencari jalan ninja untuk pergi dari sana.

“Iya Sa, nanti ke sini lagi aja.”

Sahla segera berpamitan dan meninggalkan gerombolan anak laki-laki yang tadi meledek pria di sampingnya.

“Qon, temenmu jadi malu kayaknya.” Ubay melihat gelagat Sahla yang terburu-buru pergi.

“Hehe, iya kali Kang. Tapi dia bukan anak baperan kok. Dia temenku pas TK sama MI dulu. Tapi, SMP SMAnya dia akselerasi. Lulus duluan. Anak UNS juga kok dia, sealmamater sama Kang Ubay.”

“Woh, pasukan biru telor asin?” kelakar Ubay.

Qonita mengangguk, sekilas matanya menangkap ekspresi Khalid yang tengah mengarah sorot kepadanya.

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang