Part 30. Rival or Teammate?

333 65 34
                                    

“Ul, gelatonya mana?” tanya Sahla.

“Oh iya, lupa. Bentar ya princess, aku cariin di sana.”

Waktu menunjukkan pukul 17.45, lima menit lagi adzan berkumandang. Maul pergi ke outlet gellato, sementara itu tiga orang lain duduk menunggu pesanan mereka.

“Mau salat dulu apa makan dulu Mas?” tanya Sahla.

“Salat dulu aja deh, bentar nunggu Maul. Kamu sekalian ke musala? Deket sini kan?’

“Oh iya, aku lupa, aku ambil mukena dulu di mobil.”

“Kuncinya ada di Maul,” sahut Sheryl sembari mencicip jajanan ayam pop mini di depannya.

“Tunggu biar aku aja,” jawab Ubay cepat.

Dia terlihat setengah berlari sembari menelpon seseorang.

“Ubay lumayan juga, Sa. Tapi, kayaknya perhatiannya gedean Maul sih.”

“Sher, kamu ini kenapa malah menilai mereka.”

Dari kejauhan Maul terlihat membawa dua cup gelato.

“Lah dua doang,” protes Sheryl.

“Kagak bisa bawanya, Bude! Bentar napa sih, gue balik lagi ke sono.”

Sheryl terkikik. “Sorry brother, gue kirain lu cuman beliin buat cinta lu doang.”

Maul berdecih sebelum mengubah ekspresi manisnya saat memberikan gelato ke Sahla.

“Udah adzan kok, makan gih.”

“Makasih, Aul.”

Sheryl mengamati sepupunya dan menirukan cara Sahla berbicara. “Makasih, Aul!”

Maul berpura-pura muntah saat mendengar Sheryl menirukan Sahla yang lembut.

“Setan lu!” maki Sheryl.

“Dajjalwati teriak setan.”

Sahla terkikik melihat dua orang itu salah serang seperti biasanya. Maul segera berlari kembali ke outlet gelato saat Sheryl mulai menghujaninya dengan sumpah serapah.

“Heran gue, bisa-bisanya lu suka sama cowok modelan begitu sih, Sa. Otaknya setengah gitu, kek gue.”

“Lucu sih. Selalu apa adanya. Aku selalu kagum sama orang-orang kayak kalian. Kayak kamu, Aul, Mas Ubay. Kalian bisa jujur sama diri kalian sendiri. Nggak perlu menutupi jati diri kalian.”

“Lu tu juga bisa, cuman lu nya aja yang bego. Lu cupu. Coward. Terlalu takut sama penilaian orang. Sekali-sekali nikmatin idup kenapa.” Kepulan asap rokok elektrik membumbung.

“Sher, jangan ngerokok lah. Sayang badanmu.”

“Dek, nih. Salat yuk.”

Sahla terkejut saat sebuah tas kertas disodorkan Ubay padanya.

“Ini?”

“Udah yuk salat dulu.”

“Batalin dulu lah puasanya. Mau pake yang manis? Nih pipinya Sahla nganggur,” ucap Sheryl.

Ubay yang tengah meneguk air mineral tersedak.

“Sheryl ih.” Sahla reflek menepuk punggung pria berkaos putih itu.

Ubay mengusap bibirnya dengan tisu sementara Sheryl tebahak.

“Boleh kok Pak Ustadz, halalin dulu tapi. Udah berani ngasih mukena, berarti berani juga ngasih bimbingan Sahla biar terus menjaga salat dan ibadahnya kan?”

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang