Part 28. Tangis

364 65 23
                                    

Tatapan kosong sedari kemarin disorot oleh netra yang air matanya sudah kering akibat menangis semalaman.

"Sayang, makan dulu."

Hanabiya Ibrahim, wanita yang kerap disapa Ummah Hana tak bergeming.

"Sayang, makan dulu," ulang Ustadz Kafaby.

"Tidak sebelum kamu bawa pulang putraku," geram wanita itu.

Untuk pertama kalinya Ummah Hana marah pada sang suami.

"Sayang, aku sudah menyuruh orang mencari Ubay." Satu usapan lembut di pipi sang istri ditepis cepat.

"Mbak, Mas, sebenarnya ada apa? Ubay kemana?"

Ustadzah berperawakan semampai muncul dari balik pintu.

"Tanya sama iparmu. Tanya sama dia, kemana putraku sekarang! Zi, panggil Hafidz. Mbak mau pergi dari sini."

Ustadz Kafaby menahan tubuh sang istri yang berusaha bangkit dari tempat duduknya.

"Hana, dengarkan aku. Salahku memang, aku khilaf."

"Khilaf katamu? Khilaf? Kamu bukan lagi khilaf Mas, kamu sudah buta. Mata hatimu sudah tertutup! Talak aku sekarang juga. Usir aku sekarang juga, semudah kamu mengusir putraku."

Air mata mengucur dari pelupuk pria yang kini mendekap tubuh wanita mungil di depannya.

"Kamu jahat! Kamu jahat! Kamu mengusir putraku!"

Ummah Hana memukuli dada sang suami.

"Kita cari Ubay, ya," lirih sang Ustadz.

"Semudah itukah? Kamu sudah menyakiti hatinya, kamu bahkan menghajarnya, kamu menampar dia dan memukul wajahnya!" pekik Ummah Hana.

Ustadzah Zia terlihat bingung, dia kemudian memanggil sang suami. Beruntung Ustadz Hafidz muncul tak lama kemudian.

"Kenapa?"

"Mas Aby, ngusir Ubay. Itu ternyata alasan Ubay tiba-tiba ilang," ucap Ustadzah Zia pada sang suami dengan mata berkaca-kaca.

Ustadz Hafidz masuk ke kamar kakaknya sembari menggandeng sang istri.

"Kunci pintunya," titah pria berperawakan tinggi tersebut.

Ke empatnya kini berada di satu ruangan. Ummah Hana masih histeris di pelukan sang suami.

"Mas, kenapa bisa sampai kayak gini?!" tanya Ustadz muda penanggung jawab ponpes Nurul Ilmi 2 itu.

Pria yang lebih tua mengusap wajah sebelum berbicara pada sang adik ipar.

"Aku khilaf."

Ummah Hana mendorong tubuh pria itu menjauh sebelum duduk merosot di lantai. Iparnya segera menolong, membawanya ke atas ranjang.

"Istigfar, Mbak," ucap mantan model yang kini telah berhijrah itu.

"Masmu keterlaluan! Cuma karena Kyai Zuhdi membatalkan perjodohan Ubay dan putrinya, dia tega mengusir Ubay pergi!"

Ustadz Hafidz menarik kursi dan mempersilakan kakaknya duduk. Dia sendiri memilih untuk mendekat ke kaki istri dan kakaknya yang duduk di pinggir ranjang, kemudian duduk di bawah.

"Mas, baru saja Mas membahas tentang hal ini. Mengupas tentang Qur'an Surah An-Nazi‘at 37-40, kan?"

"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang