Part 5. Hukum Islam

561 85 47
                                    

Tabuhan wajan berkolaborasi dengan suthil terdengar memeriahkan suasana pagi khas dapur Qonita. Kepulan asap seketika membumbung saat duo bawang yang sudah ditumbuk tadi menyentuh minyak panas. Aroma wangi gurih perlahan menusuk indera penciuman.

"Assalamu alaikum, Bidadari."

Sahla mulai hapal dengan suara milik pemuda yang kini mengabdikan diri di pesantren itu.

"Wa alaikum salam Ya Ahli kubur."

Sang pemuda berjengit. "Amit-amit, Ya Allah, aku kan belum jadi halalin kamu. Masa iya udah mati aja. Qoni nggak boleh gitu dong."

"Ngapain sih pagi-pagi ke sini?"

"Ketemu calon suami kok kayak gitu sih, Yang bahagia gitu loh."

Qonita mengacungkan pisaunya sembari bersekpresi kesal pada Khalid. Pemuda berpeci itu mengangkat tangan.

"Hei, hei, bisa dibicarakan baik-baik. Ya Humairah," ucap Khalid.

Sahla hanya bisa tersenyum dan menggeleng heran karena interaksi dua orang rekan sebayanay itu.

"Ini loh, mau minta tolong bantuin tempel di mading asrama putri. Terus tugas bulananmu mulai aktif lagi. Si Almira kan lagi fokus sama ujian tuh, jadi sesuai rapat dewan santri kemarin, sesuai usul Almira dan Keysha, kamu yang ditunjuk gantiin tugasnya sebelum ada pelantikan pengurus santriwati baru."

"Oh, taruh aja di situ. Nanti biar aku tempelin. Terus itu nanti yang ada di kotak tanya jawab serahin ke siapa?"

"Ke Mas Alek bisa, Bang Iyus bisa, Kang Ubay, atau kalau nggak ke Ummah Hana. Biar nanti mereka yang jawab pertanyaan dari kotak itu. Tapi, kalau kamu mau nyerahin hatimu, dan masa depanmu, ke aku aja. Insyaallah aku siap, Qon."

Sahla yang masih sibuk dengan konser di depan wajannya menoleh dan terkekeh. Sementara Qonita menggembungkan pipinya karena kesal.

"Khalid!" kesal Qonita.

Si pemuda tertawa puas melihat kejengkelan akhwat yang sedang sibuk memotong daging ayam untuk isian risoles.

"Aku pamit dulu ya," ucap Khalid kemudian.

"Udah sarapan belum?" tanya Qonita sedikit ketus.

"Belum lah, jataku kan nanti agak siangan. Mau nguras kamar mandi santri dulu."

Qonita segera mencuci tangan dan mengambil sesuatu dari meja kemudian menyodorkan pada Khalid.

"Nih, buat sarapan."

Khalid mengangkat alis, menatap sang akhwat sekilas, memastikan jika inderanya tak salah tangkap.

"Ambil, makan dulu, baru kerja."

Khalid tersenyum senang tetapi tak beriring kata.

"Kasih minum juga dong Qon, ya kali makan arem-arem kan seret," ucap Sahla.

"Iya nih Mbak Sa, dia tegaan," sahut Khalid.

Qonita memanyunkan bibir dan segera membuat teh hangat untuk Khalid.

"Ini isinya kajian ya Mas?"

"Iya Mbak. Ambil aja kalau mau baca. Dua hari sekali ganti topik. Nanti kalau ada pertanyaan tentang kehidupan yang ada hubungannya dengan agama, silakan ditanyakan lewat kotak surat. Nanti tim Kalam Maya yang akan menjawab dan jawabannya akan di tempel dituliskan di salah satu kolom di situ."

Sahla terlihat tertarik dengan kertas berukuran A4 di tangannya.

"Temanya apa sih?"

"Masih bahas Fiqih," jawab Khalid setelah menelan makanan di mulutnya.

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang