Melancholia 1

319 23 7
                                    

01 | Tanpa salam.

"Menyamakan seseorang yang sudah ada untuk yang baru saja datang tidak seindah matahari di tengah malam."


~o0o~

"Woi bangun napa!" Teriakan serta jitakan di kepala Aruna langsung membuatnya sadar setelah tertidur.


"Ish! Apaan sih!"


"Lu berisik! cewe kok tidurnya ngorok," Tangan kanan Rahmat masih memegang stir mobil sementara yang kiri asik menjahili gadis yang duduk di kursi sebelahnya.

"Bodo amat, Namanya juga ngantuk!"

Rahmat mengeleng-geleng, seharusnya dia tidak heran lagi dengan segala sikap acuh dari gadis yang kini notabengnya adalah pacarnya.


Gadis itu merengek kesal karena rambutnya di acak-acak, lalu melempari kekasihnya dengan tissu bekas ke arah Rahmat dan mengantur kembali posisi yang nyaman untuk tidur lagi.

"Tidur lagi lu, gue turunin disini!!--" Ancaman Rahmat berhasil membuat Aruna mengeram kesal.


"Emang lu berani?!" Tanpa ada rasa takut, Aruna menantang Rahmat.


Rahmat tersenyum simpul, mobil itu menepi membuat Aruna mati kutu.


"Turun,"


Aruna terdiam, melihat sekitar tempat yang di jadikan Rahmat untuk membalas tantangan Aruna.


"Turun atau gue lempar pake raket?!" Ancaman Rahmat terlihat tidak sedang main-main.


Aruna makin marah karena Rahmat berniat mengambil raket yang terletak di jok belakang. Dia langsung membuka pintu dan turun, melihat Rahmat masih menatapnya tanpa mau menarik kata-katanya.

"Lo tega?" Aruna mencoba,

Tidak ada jawaban. Rahmat bahkan tidak melihat gadis yang bermohon untuk di bujuk.


Kekesalannya kian jadi saat pintu itu ditutup dan mobil itu langsung melaju meninggalkan Aruna di pinggir jalan.


"Sialan!!!!"


5 menit berlalu,


Aruna tidak melihat mobil Rahmat,

10 menit,


20 menit,





30 menit...




Sampailah di 2 jam berlalu, waktu menunjukkan hampir pukul 11 malam,

Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang