10 | Perihal Jarak.
"Pada akhirnya menjaga jarak menjadi keharusan, bukan sekedar ingin."
~o0o~
Langkah Aruna terhenti saat lengannya dicekal oleh Rahmat.
Mereka berdua tidak memulai percakapan apapun setelah kejadian tadi malam.
"Lo harus banget ke sekolah?"
"Gue tahu lo gak perlu dibilangin lagi soal ini," Aruna masih tidak ingin apapun dengan Rahmat.
Ya, Besok Rahmat berangkat ke Korea. Turnamennya akan dilaksanakan disana... Dan seperti hari yang sering terjadi.
Sebelum berangkat tanding, mereka akan menghabiskan bensin motor, Alias jalan-jalan tanpa tujuan.
Entahlah... Aruna tidak pernah mendengarkan Rahmat mengucapkan alasan dari kebiasaan mereka ini.
Terhitung Aruna sudah 3xnya ditinggal Rahmat untuk bertanding, entah itu diluar maupun diindonesia.
Kembali ke laptop!!
Langkah Aruna memasukki ruang dewan guru, Rahmat menunggunya didepan dewan guru.
10 menit Aruna didalam dan Rahmat masih menunggunya dengan setia.
Saat beberapa jam yang lalu, mereka yang tengah asik dikebun binatang mendapatkan pesan dari wali kelas Aruna, dan terpaksa perjalanan mereka tertunda.
Minggu ini masih menjadi minggu meetingclass mereka, jadi siswa tidak diwajibkan bersekolah kecuali datang ke sekolah untuk sekedar scan absen.
****
Malam pun tiba, Aruna dan Rahmat hanya menghabiskan sisa waktu mereka dengan duduk dipinggir pantai dengan beralasankan terpal.
Aruna menikmati suasana twilight dipenghujung sore. Rahmat menatap mimik wajah Aruna, Entah kenapa... Rasanya apa yang dia lakukan kemarin adalah hal yang paling bodoh.
Pertama kalinya Aruna menangis karenanya, dia bukan dilan yang berjanji kepada milea untuk orang yang membuat milea menangis itu akan hilang,
Tapi Dia benar-benar merasa bodoh.
"Maaf," Setelah mengumpulkan niat dan membuang gengsi, bibir Rahmat mengucapkan satu kata itu.
Memang bukan kali pertama, pernah saat Aruna ketakutan dan dia datang. Dia memang mengucapkan maaf, tapi kejadian itu murni bukan salahnya.
"Lo ngomong apa tadi?" Aruna tidak budek, tapi ia keliru jika menyimpulkan bahwa yang diucapkan Rahmat tadi itu adalah kata Maaf.
Rahmat menelan silvanya. "Maafin akuu,"
Suasana menjadi diam, Rahmat diam karena melihat reaksi Aruna yang hanya menatap kearah pantai tanpa mengucapkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...