32 | Cinta dan Rahasia.
"Keputusan untuk tidak bergantung padamu adalah hal yang selalu bertentangan dengan hatiku."
~o0o~
"Yaa, mari kita abadikan moment absrud Aruna ini..." Bagas mengadahkan ponselnya kedepan untuk mempotret wajah Aruna yang tengah mengapus make up bak biduan itu.
Ckrekk...
Satu foto berhasil Bagas dapatkan, sejujurnya ini bukan foto pertama yang dimiliki Bagas tapi ini foto pertama yang diambilnya dan itu diketahui Aruna.
Aruna menatap tajam Bagas tanpa mau pusing dengan segala ejekan, baru 5 menit yang lalu Aruna menyesali telah terlena dengan rasa cemburunya. Terlalu bodoh, tapi lebih bodoh lagi jika harus menyesalinya dan mengurutiki diri sendiri didepan cermin mini milik teman sekelasnya, cermin itu dia dapatkan dilaci meja Fendi.
Satgas kedisplinan sekolahnya hanya memeriksa laci serta tas para gadis, laki-laki? Hanya saat upacara itupun tidak setiap hari.
Kini kamera belakang yang dipakai Bagas untuk memotret Aruna, berulang-ulang. Tak cukup dengan foto Bagas mulai menekan tombol rekam.
Wajah Aruna terlihat begitu menyesal perbuatan gilanya ini, dan Bagas tidak menyia-nyiakan itu. Dia mengambil tanpa mau mengatakan jika dia tengah merekam Aruna.
Rasanya melihat Aruna seperti ini seakan Aruna adalah sosok yang dapat dia gapai, sosok yang mampu berjalan berdampingan, saling menyatukan jari-jemari, dan menjadi alasan tawa lepas siGadis dingin itu menggema.
"Puas lo???" 15 menit Aruna mengurusi mukanya akhirnya dia selesai.
"Ngga sekalian diabisin semua tissue gue, Arr??" Ejek Bagas.
Aruna mengendus kesal, kakinya dia hentakkan dilantai. Begitu malu, rasanya ingin mengubur wajahnya sedalam-dalamnya ditanah, atau perlu bertayamum untuk mengeluarkan rasa malu an nazis ini.
Bagas tertawa ketika dia berhasil mengabadikan tingkah Aruna dalam sebuah video berdurasi 7menit itu.
Aruna mendapati itu seketika berjerit histeris, "Bagasss!! Apuss enggak?!?!" Aruna berdiri dari duduknya.
Bagas yang melihat kuda-kuda Aruna yang ingin merebut ponsel sontak menjauhkan tanganya keatas, mengangkat setinggi-tingginya agar Aruna gagal mengambil.
"Kasih ngga?! Apus Bagas!!" Aruna terus-terusan berusaha mengambil benda pipih itu.
Bagas menjulurkan lidahnya, mengejek Aruna karena badannya kalah dengan Bagas yang memiliki kaki yang begitu panjang. "Coba aja kalo bisa... Huweee,"
Bagas keterlaluan hingga membuat ide gila Aruna muncul, Aruna melirik kebawah dan keatas. Ya posisi Bagas pasti akan sulit menangkis pukulan yang akan dilayangkan Aruna.
Aruna tersenyum licik ketika ujung sepatu ketsnya mengenai tulang kering Bagas. Aduhan serta jeritan kesakitan itu keluar dibibir Bagas.
"Akhhh! Aw-uwww.. Naa..." Bagas menyebut nama Aruna yang dia sendiri heran kenapa bisa dia berani memanggil Aruna dengan nama itu.
Tangan Bagas yang tadinya ada diatas langsung memegang kakinya, bahkan dia spontan meletakkan ponselnya dimeja karena sibuk mengelus-ngelus kakinya yang berhasil dipukul Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...