13 | Sagita dan Surat terbuka?
"Jika fantasi bisa membuatku mencinta seseorang yang juga membalasnya, aku hanya ingin didunia seperti itu, karna di bumi hanya aku yang mencintaimu."
~o0o~
Aruna menandang Sagita yang tengah makan eskrim bersama roti tanpa rasa takut belepotan.Kejadian diatap tadi sore selepas pulang masih tengiang-ngiang dipikiran Aruna sampai mereka berdua ada dikamar Sagita kini.
Ya, dengan segenap jiwaraga Sagita ngotot Aruna harus nginap dirumahnya.
Dia bahkan rela mengemasi barang-barang Aruna sendiri, dia mengambil kesempatan saat Aruna mandi. Secepat kilat dia mengemasi baju, perlengkapan dunia peradaban, dan ramuan-ramuan rutual Aruna alias Skincare.
"Ta, ada yang mau gue bilangin," Aruna berusaha mencari sudut darimana dia memulai percakapan.
Sagita menatap tanya Aruna sembari mengumut-ngumut eskrim coklat.
Sempat Aruna diam menatap wajah Sagita, "Ngga jadi deh, lupain aja..." Mendengar itu membuat Sagita jengkel dan melemparinya bantal.
"Bilang aja Ar! Nggak usah sok misterius gitu, ngga cocok!"
Nafas Aruna ditarik pelan-pelan dan Aruna berusaha memulai dengan tentang lelaki yang tengah dekat dengan Sagita, "Jae gimana kabarnya?"
"Tumben lu tanyain kabar dia?"
"Lu tuh yaa, Bisa nggak tinggal jawab aja jangan balik tanya gitu!"
"Emm, Biasa aja, terakhir kabar dia masih bernafas tuh," Jawab asal Sagita berhasil mendapatkan jelitikan dari Aruna.
"Ishh! Ngapain sih pake sentil-sentil kening gue! Kalo besok gue jadi bego Mteka gimana?"
"Bagus kalo gitu, saingan gue berkurang satu."
"Reseh lu,"
"Dia masih ngga bilang kesiapapun kalo lu pacarnya?"
"Maksudnya?"
"Yakan lu bilang, si Jae ngga pernah nembak lu, tapi kalian udah kaya orang pacaran. Tapi setiap ditanyain orang-orang selalu jawabnya "Hm, hum, ga tau deh,"
"Gue sebenarnya juga gak tauu, dia pacaran sama gue apa cuman mau temenan..." Tiba-tiba Sagita tertunduk lesu.
"Kalo gitu lu minta penjelasan lah..."
"Caranya?"
"Cih! Sagitaaa lu tuh kok jadi goblok gini sih?"
"Nggak gituu, gue takut aja nanti gak siap kalo misalkan tiba-tiba gue minta penjelasan dianya malah ngilang atau ngejauhin gue..."
"Itu lebih baik Taa, daripada lu digantung gini?---" Aruna menebak reaksi Sagita yang masih diam lesu.
"---Yang mau sama lu tuh banyak, Fendi salah satunya...." Sambungan ucapan Aruna ini berhasil membuat Sagita langsung mengadahkan pandangan yang tidak percaya.
"Lu ngomong apa sih? Fendi? Maksudnya??"
Aruna gemas, dia bukan tipekal orang yang sabar dalam menjelaskan sesuatu kepada orang yang harus dijelaskan satu-persatu, Aruna menarik kotak yang terletak dikabinet dekat kasur Sagita.
"Lu buka, baca tuh surat!" Aruna meletakkan kotak yang diberikan Fendi tadi diatap sekolah.
Sagita cepat-cepat menghabiskan eskrimnya dan melempar stik Eskrim itu ke tong sampah disudut kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...