14 | Jarak dan Waktu.
"Kita punya keinginan, sementara keadaan punya kenyataan."
~o0o~
Dengan semangat empatlima Aruna bangkit dari kasur yang disebelahnya masih ada Sagita yang begitu berisik dengan dengkurannya.
Aruna bangkit dan berjalan mengendap-ngendap menuju luar kamar Sagita. Diponselnya masih ada panggilan masuk dari pacarnya, Rahmat.
Diluar kamar Sagita ada ibunya Sagita, Aruna biasa memanggilnya dengan Mami Devi. "Pagi Mami," Sapa Aruna saat Mami Devi berada didapur.
"Eh, udah bangun nak?"
"Udah, hehehe, Aruna ke depan bentar ya,"
"Iyaa sayang, nanti abis itu kamu bangunin Gita yaa..."
"Iya Mamii," Setelah buru-buru putar badan dan keluar menuju halaman depan barulah Aruna menganggkat panggil yang ke 3 itu.
"Haii, Selamat atas kemenangannya gantengg," Sapa Aruna begitu telepon itu berada didaun telinganya.
"Angkat dulu," Aruna melihat lagi layar hpnya yang meminta untuk videocall, Rahmat ada-ada saja.
"Hmmm, Diajak ngomong malah dikacangin," Sindir Aruna saat layar menampilkan wajah baru bangun Rahmat.
"Lu kok ngakat telponnya lama amat sih?"
"Emang lu mau si Gita dengerin lu ngomong?"
"Ya apa salahnya diangkat dulu? Kesel gue, daritadi ga diangkat..." Aruna mendengus pelan. Ia malas jika percakapan mereka sudah seperti ini.
"Ya apa salahnya dimaklumin aja? Kan tau gue lagi nginap." Balasnya agar Rahmat menghentikan pertengkaran.
Rahmat diam, dia bangkit dan membuka pintu balkon hotel, Terdengar suara teriakkan dari Rayhan. "Ngapain sih Matt! Masih ngantuk gue!"
Rahmat tidak pusing, dia malah membuka lebar-lebar tirai dan pintu itu, membuat sinar matahari menerangi kamar, "Liat deh, Daunnya pada ijo semua,"
Aruna tertawa, "Dimana-mana daun itu warnanya ijo semua Matt, Gak cuman di korea yang daunnya ijo,"
Rahmat cengegesan sendiri, "Gue mau beli oleh-oleh bentar sebelum balik besok, Lo mau gue ambilin apa?"
"Apa aja, asal jangan yang bikin lu kesusahan bawainnya..."
"Kalo gue bawain bunga sakura mau gak?" Rahmat ada-ada saja.
"Bawa pohonnya aja,"
"Besok lu mau gak jemput gue?" Aruna terkejut dengan ucapan Rahmat barusan.
Aruna diam, "Ar?"
"Lu ngga lagi ngerencanai sesuatu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...