37 | Missyou Already.
"Sampai bertemu secara tidak sengaja dalam keasingan."
~o0o~
Langkah Aruna terhenti saat dirinya sampai pada sebuah pintu setelah menaiki tangga berbahan besi.
Dia memasukkan kunci pada kenopi itu, menutarnya hingga pintu itu berbunyi klik dan terdorong kebelakang.
Aruna menyeka wajahnya, menghilangkan jejak-jejak air mata itu mengalir, dia menengkan suasana hatinya dengan menarik nafas dengan panjang dan membuangnya dengan perlahan-lahan. Dia memegang kenopi ketika berhasil melepaskan kunci yang tadi dia pasangkan.
Kakinya sudah sempurna masuk dirumah barunya itu, dengan menutup pintu itu dia melupakan kejadian tadi itu dengan cepat.
Wajah sedunya berganti dengan senyuman lebar an ceria. Dia menghampiri inti rumah itu, dimana berisi oleh orang-orang yang selalu mendukungnya, berpihak padanya tanpa mau mengecewakannya sekalipun.
"Maafkan aku terlambat lagi malam ini!"
Seorang gadis yang sedang mengendong bayi lucu itu yang pertama menyapanya, membawanya ke pelukkan melepas rindu. Lalu berganti pada gadis yang tengah berbadan dua dengan melakukan hal yang sama, lalu pada orang yang begitu Aruna benci tapi sayang sekali Aruna masih menyukainya. Lelaki itu bergegas memasukkan Aruna dalam dekapannya.
"Senang bisa bertemu lagi, aku merindukanmu, Aruna."
Aruna lipat bibir, lalu membalas pelukkan Lelaki itu dan mengelus punggung belakangnya dengan sabar menanti dilepaskan pelukkan, karena dia sendiri tidak ingin melepaskan dirinya dalam dekapan itu.
"Hei! Hentikan, kalian merusak mataku. Biaya ke klinik mata itu mahal jadi hentikan." Tegus si pemilik rumah.
Akhirnya pelukan itu berakhir.
*.*.*
"Uhh, Rambutmu apa tidak terlalu pendek?" Hari ini Aruna memutuskan untuk memotong rambutnya.
Ditemani Rahmat tentunya.
Aruna hanya tinggal menghintung hari untuk berangkat karena dia sudah menyelesaikan berkas pemasukkan sesuai yang diminta oleh Lmptn.id
"Tidak masalah, 6 bulan lagi dia akan tumbuh." Ucap Aruna sambil menyisir rambutnya didepan cermin besar.
Dia masih duduk dikursi yang tadi jadi tempat untuk memotong rambutnya.
Entahlah, matanya Rahmat tidak lepas melihat rambut-rambut Aruna yang berceceran dilantai. Hembusan nafas diikut bahu yang melorot membuat Aruna melirik Rahmat langsung.
"Apa?"
"Kamu beneran?"
"Soal apa? Rambut? Tentu saja! Lagi pula ini sudah terjadi, apa bisa rambutku dilem lagi? Jangan terlalu berlebihan Mat. Ini hanya rambut."
Rahmatpun memilih diam, Disalon sederhana ini cukup ramai, pelanggan masuk keluar. Tidak baik membuat keributan.
Aruna adalah gadis yang selalu menjadi orang yang mengalahkan teori Rahmat si paling benar. Dia mampu membuat Rahmat diam tak berutik, membuat Rahmat cepat mengalah, dan memilih jalur damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...