Melancholia 19

34 6 0
                                    

19| Trainor Again.

"Pertanyaanku sudah berlalu tanpa jawaban... Sering kau membuat keputusan dengan menyingkirkanku saat masalah menghampirimu, kenapa aku yang selalu menjadi orang yang pertama kau singkirkan?"
-Our Beloved summer.

~o0o~


17.20

Aruna masih menatap nanar layar laptopnya.



TIDAK LULUS

TETAP SEMANGAT, COBALAH UNTUK JALUR SBMPTN.





Tulisan yang begitu horror bagi Aruna.


Lebih horror daripada rumus fisika.



Tubuhnya terpaku, kaku. Aruna diam saja, badannya tidak bergerak sejak pembukaan hasil Seleksi.


Dia harus bagaimana sekarang?

Rahmat sedang ikut pertandingan di Jerman. Beberapa jam yang lalu menemani Aruna saat sebelum mendapatkan hasil ini.


Kesekian kali Aruna merefresh web ini, berharap dia salah masuk atau ini hanyalah prank karena kesalahan teknis.


Namun nihil, hasil dan tampilan itu tidak berubah. Ucapan sang mama tadi malam menggema.


"Keuangan mama makin menipis sayang, kamu jangan ambil jurusan yang susah ya..."


Pilihan Aruna ada 2 dengan jurusan yang sama tapi di 2 universitas berbeda. Di UGM dan Brawijaya.

Perasaannya campur aduk, dia binggung harus senang atau sedih.


Senang karena tidak menyusahkan mama, sedih karena Mimpinya harus ia kubur.



Menangis pun tidak bisa.


Tiba-tiba dering telepon masuk, dari Sagita.



Aruna menarik nafas panjang.





Pasti Sagita ingin menanyakan hasilnya.



"Hai,"


"Eh, gimana? Hasilnya apa?"



Aruna terdiam, bibirnya bergetar saat tetes demi tetesan bening sebesar biji jagung itu keluar dari matanya.

Aruna terisak tanpa suara, giginya mengeretak. Sakit dan kosong.



Sementara diseberang sana Sagita memanggil-manggil namanya.


"Aruna?"




"Arr?"








"Na? Are you okay?"

Pertanyaan itu berhasil membuat isak Aruna pecah dan Sagita yang mendengar itu langsung panik.



"Tunggu gue, gue kesana 5 menit lagi."




Sambungan itu terputus, Aruna meletakkan ponselnya dipinggir laptopnya.


Dirumah hanya ada dirinya.



Lagi dan lagi.



Mamanya pergi ke klinik karena adiknya Cikal sakit, Kinan masih dikantor, sejak kejadian kebangkrutan perusahan sang ayah serta kedatangan para rentenir kerumah Kinan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah, pulang disepertiga pagi kadang tidak pulang.



Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang