Melancholia 30

29 5 2
                                    

30 | I'm Fine, Thank u, and i'love you...

"Drama kehidupanku hanya tentang mengejar mimpi, selebihnya itu adalah adegan diluar kendaliku."



~o0o~





"Apa lo liat-liat???" Aruna menatap Bagas dengan tajam, tatapan aneh dari Bagas membuatnya risih.


"Orang yang bilang ngga akan balas perasaan kemarin itu kemana ya??" Sindir Bagas.


Bola mata Aruna berputar malas, "Gue tahu banyak pertanyaan yang pengen lo tanyain, tapi please ngga usah tanya, gue ngga akan ngejawab."


Bagas mengendus malas, "Cara lo yang ngelayanin dia itu sama aja lo ngasih dia harapan. --Lo mau bikin dia makin suka sama lo??"


Kertas yang ada ditangannya sekarang tergeletak tak beraturan dimeja. Aruna mengendus marah, "Lo kalo ngga tau apa-apa mendingan diam."


"T-tapii Arr!!" Ucapan Bagas terhenti saat matanya menatap Aruna yang sedang menatapnya tajam, "Lo sama aja, lo pasti ngga akan balas dia, terus kenapa ngasih dia harapan??"


"Siapa yang bilang gue ngasih dia harapan?!"



"Gue!!"



"Asal lo tahu, gue orangnya semuanya itu direncanakan, bahkan pacaran sama Rahmat itu pilihan dan rencana gue, tapi dia?? Kedatangan dia itu diluar kendali gue, dan siapa yang ngasih dia Harapan?! Lo sendiri tahu, gue alergi kalo dideketin sama siapapun tapi gue ngga ada hak larang dia suka sama gue, karna itu diluar kendali dia Sama kaya gue. PAHAM???" Penjelasan superpanjang Aruna membuat Bagas diam tak berkutik.


Ucapan Aruna barusan membuatnya tersindir, benar... Perasaan suka itu diluar kendalinya. Gadis itu sama sepertinya, menyukai seseorang yang sama-sama tidak bisa menduga dan mengendalikannya.


Aruna mengantur nafasnya setelah tadi ucapan itu Aruna keluarkan, rasanya lega. Dia sudah menduga akan ditanyakan seperti ini, satu yang dia syukuri jika yang bertanya seperti itu bukan Sagita.



Bagas membalikkan badannya, dia membelakangi Aruna. Rasa sadar diri Bagas membuatnya tertampar. Rasanya untuk Aruna sudah talak tidak akan terbalaskan.


Apa yang dia harapkan??


Aruna menatap punggung lebar itu dengan tatapan binggung,


Dia marah?



Terhitung baru pertama kali Aruna bersuara lantang pada Bagas. Apa itu yang membuatnya marah?


Aruna bergelidik bahu acuh, dia kembali mengambil kertas itu dan menyusun rapi untuk kembali ia pelajari.


10 menit situasi kelas yang sudah hening itu terdengar ketukan pintu yang tidak tertutup itu.


Mata Aruna dan Bagas mengadah, sosok yang berdiri didepan pintu membuat dua raut wajah itu berubah.


"Saut," Panggil Aruna pada sosok berbaju putih bercelana coklat, dikepalanya ada topi bercorak loreng.


Senyum lebar itu terlukis diwajah Saut.

Aruna sontak bangkit, baru ingin menghampiri Saut sebuah tangan mencekalnya.


Aruna menatal tanya, "Apa?"


Bagas ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan, dia memilih diam dan melepaskan tangan Aruna. Aruna bisa membaca tatapan tanya Bagas itu, "Temen gue. Bentar ya."


Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang