Melancholia 38

15 1 0
                                    

38 | Something In Between


"Tetaplah hilang dan jangan kembali, kita sudah terlalu rusak untuk diperbaiki."

~o0o~



Semester pertama dan Kedua Aruna lewati tanpa kabar atau bertukar pesan dengan Rahmat. Aruna hanya menonton live ig-Tiktok, igs, dan status WhatsApp Rahmat saja. Tanpa mau lagi untuk memberikannya pesan seperti yang dia lakukan saat-saat pertama kali berpisah.


Paginya diawali dengan kabar akan pemberitahuan dokter, hari ini Anadia sudah harus ke rumah sakit untuk persiapan persalinannya.


Waktu berlalu begitu cepat. Dan Aruna masih berharap pada Rahmat yang sepertinya dia hidup baik-baik saja dijakarta tanpa dirinya.


Itu yang Aruna tangkap saat dia menonton live ig Rahmat bersama teman-temannya, tentu saja dengan saran dan bantuan Anadia untuk akun fake yang dipakai Aruna dia bisa menonton tanpa ketahuan Rahmat.



















"Wali nona Anadia Elona," Seorang suster membawa bayi dalam gendongnya membuat pikiran Aruna kembali terfokuskan.

Aslan sebagai wali Anadia pun menghampiri suster itu, "Aku walinya." Aslan adalah kakak biologis Anadia, ya maksudnya Aslan satu darah dengan Anadia dari Ayahnya.

Suster itu mengangguk, "Bayinya perempuan, lahir sehat tanpa cacat dengan berat 2.95 kg dan panjang 52cm. Untuk nama dan pengurusan data-data lainnya bisa dilihat didalam." Bayi itu mengeliat saat dipindahkan kegendongan Aslan.

Aruna bangkit dari duduknya dengan semangat, saat Aslan menatap Aruna seketika dia gugup. Aruna baru sekali melihat bayi yang baru lahir dan itu adalah bayi ini.

"Hai bayi cantik..." Aruna kagum dengan bayi ini.


"Kau ibunya juga, sebelum itu aku ingin menanyakan sesuatu." Aslan berniat memberikan bayi itu pada Aruna.

Aruna menerima bayi itu dengan hati-hati. "Kau sepakat dengan perjanjian malam itu??" Ketika Aslan selesai dengan ucapannya Aruna sontak menatap Aslan dengan tatapan tidak suka.


"Apa ini tidak terburu-buru? Bayi ini baru saja lahir."


"Lebih cepat lebih baik. Dia anak dan ponakanku."



"Aku ibunya juga, tolong hargai itu." Aruna menatap Aslan sebelum masuk keruang bersalin untuk melihat Anadia yang sedang dijahit.

Aslan menatap punggung Aruna dengan sedu, dia masih mendapatkan jawaban yang sama saat kesepakatan pertama kali itu terjadi.
















2 Minggu sebelumnya...

"Dimana kau bertemu dengannya?" Aslan berdiri tidak tenang, dia kesana-kemari ketika tadi Anadia mengajak Aruna dan Aslan untuk duduk mendengarkan pernyataannya.


"Supermartket."

Mendengar itu Aruna mengoleh, "Gue kan ikut sama lo tadi."


"Iya, ketemunya pas mau balik abis dari toilet." Aruna memijat pelipisnya ketiks tahu dia lalai membiarkan Anadia sendirian.


"Gue harus gimana, Ar? Gue takut Gy diambil..." Anadia memohon, dia ketakutan karena bertemu mantan pacarnya sekaligus Ayah dari bayi ini, Yuda.


"Bayi ini bakalan gue ambil, gue rawat sama Dinca."



"Dinca?"



"Istri gue."



Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang