Melancholia 15

38 7 0
                                    

15 | Kemarin, hari ini, dan Esok.

"Kedatangan dia bukan hanya membuatku terancam, tapi membuatku paham akan posisi dan pentingnya kehadiranku."

~o0o~




"Mana gue tahu??" Aruna berucap pelan, menjawab pertanyaan Rahmat.


Ya, hari ini mereka tengah menghabiskan malam terakhir Rahmat diKorea, Aruna yang masih ditahan karena mami yang ternyata berangkatnya bukan dihari minggun ini tapi besok, dan lebih parahnya jadwal keberangkatan Mami Devi sama dengan kedatangan Rahmat dan Tim indonesia dari Korea sama!!






Jam 12 lebih 34 menit siang.





"Lu lagi nggak boong kan?" Lagi-lagi Aruna harus diintrogasi oleh pacarnya sendiri.


Aruna membuang nafas kasar lalu ekspresinya memalas menatap Rahmat dibalik layar.


"Kurang kerjaan gue kalo sampe bikin tiket keberangkatan Mami Devi samaan sama lu, Matt!!"



"Semua kemungkinan bisa terjadi, Ar!"


"Ya tapi kalo sampe ke hal gitu, itu udah keterlaluan! Mami itu manajer interior dikantor! Ada asisten yang ngurusin itu semua, segala macam hal yang bakalan dikerjain Matt!!" Aruna dengan nada ngegas membuat penjelasan sejelas, sepadat, dan sebenar-benarnya.



"Yaudah, ngga usah deh gue jemput lo." Lanjut Aruna mengambil talak.



"Ngawurrr~~, Sampe sana langsung gue petokin pala lu pake kardus bongsai!"



Aruna tidak membalasnya, energinya terkuras habis. Astaga pasang ini benar-benar beda, bukan hanya beda tapi aneh, absrud, gila, dan satu lagi! Ngga ada romantis-romantisnya, kalopun ada itu langsung jadi pertengkaran dan berujung misuh-misuh.



"Yaudah, lo pake baju yang gue kasih sebelom pergi, biar cepat gue kenal..." ---"Serah lo deh,"---"Lo sendiri kan tau, fisik lo tuh harus bikin gue nyari anak ayam ilang induknya, jadi jangan nyu--"




"Lu minta gue jitak yaa lama-lamaa!! Awas aja sampe besok! Gue jitak pake raket nyamuk biar s'kalian kening lo Benjol?!"



"Astaga Arunaa, besok udah mau anniversary setaun malah nyumpahi pacar, LDR-an lagii!" Itu bukan Rahmat, Tapi Rayhan. Teman satu roomnya.



"EH Han! Karna lo lagi disana, Lo aja deh yang pukulin pala Rahmat, yang keras dongg! Kesel banget gue!"



Tanpa Aruna duga, Rayhan benar-benar melakukan itu, Ponsel yang tadinya digenggam kini tergeletak dikasur dan lagi-lagi suara tendang-mendengan terdengar, ia tahu cara becanda anak laki-laki memang seperti itu, bahkan ia dan Kinan akan seperti itu, bahkan lebih parah karena menggunakan barang.



Kinan yang menggunakan tongkat ice sketing Aruna dan Aruna menggunakan tongkat bisbol Kinan.



"Awww!!! Sakit Goblok!!" Rintihan itu berasal dari Rayhan, rupannya Rahmat memukulnya menggunakan bantal dengan tenaga dalam seribu bayangan.



"Siniin nggak pohonnya!!" Kini berganti Rahmat yang berseru, rupanya ancaman untuk menghancurkan kardus pohon bongsai berhasil, Rayhan melakukan itu karena ponselnya ada ditangan Rahmat sekarang.



"Gue telpon gebetan lo si***** kalo lo berani macam-macam sama pohonnya!" Ancaman Rahmat sembari mengenggam ponsel bercesing putih hitam milik Rayhan.



Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang