Melancholia 20

38 6 0
                                    

20 | SweetHome.

"Bersamamu atau tidak, aku harus tetap baik-baik saja."

~o0o~


"Pasien dalam penggaruh bius, biarkan dia tenang dulu, untung saja luka ditangan serta sela jari-jarinya tidak sampai membununya."


Penjelasan itu didengar dengan seksama oleh Kinan, Bunda, Sagita, Andina, dan Bagas.


Aruna sudah berada didangkar dikamar rumah sakit , dia terbaring tak sadarkan diri setelah hampir 2 jam operasi pengangkatan beling-beling kaca serta jahitan diluka yang nantinya akan menjadi saksi bisu atas insiden ini.


"Saya sarankan dia harus diterapi."


Andina mengangguk, "Terima kasih atas bantuannya dok, sisanya biar saya yang menggurusnya."


"Baik, sebentar jika pasien sudah bangun jangan dulu dibuat panik atau berpikir apa yang terjadi, itu bisa membuat mentalnya makin terguncang."

Sagita merunduk, tak menyaka sahabatnya harus mengalami hal buruk seperti ini.


"Terima kasih dokter Jousia."

Kinan yang sedari tadi begitu kuat, dia bahkan tampak tenang diantara semua yang panik.

Dokter itu pergi dengan 2 suster yang membututinya.


"Kita harus bicara." Andina membalikkan badan menuju pintu keluar setelah maksud ucapannya itu ditujukan pada Kinan.







*.*.*


"Lu harus makan, Arr!"


"Ngga mau gila!"



"Lu tuh ya! Kalo Lu ngga makan ni makan gue yang makan!"




"Yaudah bagus, makan gih... Gue mau tidur!"




"Aihh! Buruan Ar! Gue mau ngantor nih!"




Tak ada jawaban, Aruna sudah mengulung badannya dengan selimut serta membelakanginya.





"Lo masih ngambek sama kejadian konyol tadi?!"



"Bodoh amat!"




"Yakan gue ngga sengaja bambang!"



"Udah sana! Gue mau tidur!"


Aruna yang sudah membaik kini bertingkah layaknya tidak terjadi apa-apa. Ya, setidaknya tidak ada yang tahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja.



Kinan menyerah dengan memakan bubur yang diberikan dapur rumahsakit yang diantarkan oleh salah satu perawat atas suruhan Andina.



"Lagikan emang bener, kentut lo bunyinya kecil tapi baunya semerbak--"



"ALLAHUU!!! Lu pagi-pagi udah nyari masalah ya!" Aruna seketika seperti gendoruo setelah tadi selimut dikibaskan.



Wajah yang merah pendam, ekspresi seperti seseorang yang siap membunuh, tapi rambutnya seperti singa.



Kinan tertawa, "Lu tuh kek orang gila depan ugd sana tauk! Modelnya cocok, tinggal diganti baju."



Aruna menarik guling serta melayangkannya pada Kinan tanpa ampun. Masa bodoh dengan nasib bubur itu.



Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang