Melancholia 24

32 7 0
                                    

24 | Mulai dari awal.

"Didalam mimpi dan fantasiku, kau mencintaiku. Walaupun kau misterius didalam kenyataan yang ada didalam genggaman ku."

~o0o~


"Bagaimana hasil SBMPTN-mu, Aruna?" Pertanyaan kesekian kali terbesit saat mereka tahu rencana studi Aruna.


Ngomong-ngomong soal rencana studi Aruna mengambil dua jurusan yang benar-benar berbeda dari jurusan yang dia ambil di seleksi SNMPTN.



Entahlah, dia mengambil karna saat itu dia tidak ingin mengulangi kisah yang sama.



"Aruna?"




"Ya?"



"Kau dengar pertanyaanku tadi??" Tanya Frederik, paman Aruna.


"Saya baru selesai ujian, hasilnya akan ada sebulan lagi, Om." Dengan bahasa formal itu memberi signal jika Aruna tidak ingin membahasnya lebih dalam.


Lagi pula kedatangan adik dari ayahnya adalah hal yang begitu mengejutkan, tidak pernah peduli apapun yang terjadi dikeluarganya dan sekarang tiba-tiba datang dengan menanyakan perihal sekolahnya? Itu terlalu menonjol.


Walaupun itu sebuah kesengajaan atas bahasa formalnya tapi pamannya malah tidak peka, membuat Aruna malas.

"Lalu kau akan tinggal dimana?"


Hadehh, apa dia harus menjawabnya?'



"Kinan."


Lalu datanglah Bunda, Aruna melihatnya sebagai penolong karena datang diwaktu yang tepat.


Bunda seperti paham dengan keadaan Aruna jadilah senyumnya melekat begitu lebar membuat lesung pipinya terlihat.


Sikap Aruna tidak main-main, dia bahkan langsung pergi tanpa pamit atau sekedar basa-basi.


Dia langsung keluar rumah, setelah tadi menarik jaket serta dompet.



Paling-paling ke supermartket untuk tidur.



"Mau kemana?"




Langkah Aruna langsung terhenti, tidak ada yang benar-benar menjengkelkan daripada ini.


Aruna berbalik badan dan hanya menjawabnya dengan membungkukkan badan, Bunda? Dia hanya tersenyum.



Sifat anak tengahnya tidak ada yang bisa di ubah, paduan sifat ayah dan dirinya.



Ponselnya hanya berfungsi menjadi pemutar musik, sebisa mungkin untuk tidak menyalakan data agar tidak diberikan pertanyaan yang sejenis.


Aruna melangkahkan kakinya tanpa ragu saat semua mata tertuju padanya ketika supermartket yang dimaksud begitu ramai.


Menguap untuk pertama kalinya saat lemari pendingin itu terbuka. Aruna mencari teh pucuk dan sosis.

Lalu menuju ke rak beraneka snek dan asal mengambil snek kentang rasa berumput laut.


Kebutulan yang terhakiki adalah kasir itu menyediakan sosis yang dimaksud Aruna. Rasanya ingin melompat antrian saja karena sosis itu hanya tersisa 3 tusuk.



Ketika sang kasir itu menerima signal dari Aruna pun tersenyum lebar sambil mengganguk sopan.


Ya, Aruna memberikan kode agar sosis itu tidak lagi dijual oleh siapapun selain dirinya.


Melancholia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang