05 | To with you.
"Sikap terbodohku adalah, saya tahu bagaimana mencintai, tapi saya tidak tahu... bagaimana cara mempercayai bahwa saya dicintai."
~o0o~
Langkah Aruna melambat saat kelasnya mulai terlihat.
Rasanya sakit saat tadi Ester tiba-tiba menelponnya, memperlihatkan sisi Hall Pelatnas.
Ya, Ada Anadia disana...
Tengah asik berbincang dengan Rahmat. Hahaha, Selucu itu, Aruna baru merasakan sakitnya setelah Ester tiba-tiba diserang Rahmat dan sambungan telepon terputus sepihak.
Bruukkk...
"Auuww," Sepertinya Aruna menabrak orang.
"Kasian cantik-cantik engga punya mata," Sindir orang yang sepertinya menjadi korban tabrakan Aruna.
"Aiihh, Loo!--" Mata Aruna membulat.
Orang yang di tabraknya adalah orang yang tadi pagi diomelinya.
Tentang racing motor.
"Apa?? Lo mau salahin gue lagi?"
"Minggir," Aruna mengusir lelaki itu, Namun lengannya dicekal.
"Eittss, Lo mau kemana?"
"Menurut LO?"
"M-I-N-TA M-A-A-F," Aruna terheran, Orang aneh ini memintanya untuk minta maaf?
Untuk apa?
"Emang gue salah?"
"Menurut lo? gara-gara lo yang ngerusakin pagi gue, daritadi gue kena sial mulu,"
Aruna tertawa, "Jadi maksud lo gue pembawa sial buat Lo?"
Lelaki itu mengangguk, "Begitulah,"
"Hahaha, lucu..." Tawa Aruna terdengar menghina setelah itu ekspresinya langsung berubah datar tak lupa dengan matanya yang tidak lagi meminta untuk berteman. "E-N-G-G-A-K," Setelah mengucapkan itu,
Lelaki itu takjub. Aruna melewatinya dan berjalan memasuki kelas.
Hatinya kosong, kembali ia teringat pertengkaran itu...
Menyakitkan, tapi Rahmat bukan orang yang pintar dalam hal mengungkapkan rasa sayangnya.
Untuk hari ini...
Lebih baik tidak ada komunikasi, biarlah, sekali ini biarkan aku kembali berharap dia akan menyadari keberadaanku.
Aruna kembali menghembuskan nafas lelah,
"Lo kenapa Ar?" Sagita meletakkan bolpoin saat Aruna kembali mengecek ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...