39 | Memulai Kembali.
"Cerita ini memang sudah selesai, tapi aku dan dia tidak pernah memulai."
~o0o~
Seminggu kemudian...
Kaca mobil naik turun, sebenarnya suasana mobil tidak panas ataupun dingin, Serba salah... Aruna menurunkan kaca jendela rasanya terlalu dingin, lalu ditutup setengah rasanya panas sekali.
Bagas diam membiarkan Aruna yang super bingung itu.
"Makan dulu yuk, seinget gue di sini ada makan enak." Tunjuk Bagas saat rest area itu terlihat.
"Masuklah, mampir sebentar saja..." Aruna sudah sampai didepan rumah bercat putih coklat itu.
Bagas menggeleng pelan, tapi wajahnya benar-benar keliatan lelah.
Sejujurnya Aruna menyesali keputusannya untuk memilih jalur tol ketimbang jalur lepas landas pesawat atau rel kereta api saja agar dia sampai di jakarta.
Melihat sahabatnya membuatnya semakin merasa bersalah saja. Bagas yang menyetir, tanpa lelah...
"Masuklah, kumohon." Aruna sudah berbagi cerita tentang kesehariannya selama merantau, tentang ayahnya yang muncul dan membangun komunikasi dengannya, dan terakhir tentang hubungannya dengan Rahmat.
Semua dia ceritakan namun untuk Bagas? Tak ada yang dia ceritakan selain mengatakan, "Semua berjalan dengan semestinya sesuai dengan rencanaku selama disana, kuliah, belajar, mengurus diri dan terulang lagi setiap hari. Tidak ada yang menarik untuk kuceritakan."
Aruna juga segan menanyakan hal lebih, Bagas benar-benar menjadi pendengar saja selama mereka berkendara hampir 11 jam itu.
Waktu yang cukup untuk bercerita selama setahun tanpa kabar.
"Kau harus mengantarku, Bunda rindu padamu, begitu juga cikal..." Aruna tidak tega membiarkan Bagas menginap dihome stay sendirian dengan keadaan seperti ini.
Bagas mengulung senyum, diapun turun dan membantu Aruna menurunkan barang bawaannya.
Rumah itu terlihat cukup sunyi, mungkin Deril belum pulang sekolah? Bunda juga tidak terlihat, begitu juga dengan Kendaraan milik Kinan maupun Andina.
"Sepi ya? Kamu ga kabarin mau pulang, La?" Bagas sudah berdiri didepan pagar rumah yang hanya setinggi perutnya saja.
Aruna menggelengkan kepala, "Enggak,"
Bagas menatapnya tanya, "Hehehe biar surprise..." Mendengar itu Bagas hanya bisa mengelus dada.
"Terus kita masuknya gimana?"
"Pagernya dibuka dululah, kita tungguin... Bunda pasti ke pasar sekalian jemput Deril sama Cikal."
Bagas mengiyakan semuanya, tenaganya untuk membantah sudah tidak ada lagi.
10 Menit menunggu membuatnya tertidur, Aruna membiarkan dia berbaring di kursi dua yang disatukan agar bisa tidur melintang.
Aruna duduk diteras sambil melihat ponselnya. Lebih tepatnya diroom chat antar dia dengan Rahmat.
Aruna : Gue dijakarta, lo apa kabar??
Tenang permisa..,
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
FanfictionMenyatukan dua kepala dalam satu hubungan adalah hal yang sulit untuk yang pertama kalinya merasakan. Sering bertengkar padahal saling merindu, sesulit itu untuk mengatakan perasaan untuk dua kepala ini. Pada akhirnya hal itu terlalu sering terjadi...