Terhitung sudah dua minggu kami pulang ke rumah, awal nya aku sedikit takut ketika melihat kamar mandi dimana aku mengalami keguguran. Bayangan darah segar dan kenyataan bahwa aku keguguran membuat aku sedikit trauma kalau melewati kamar mandi dapur.
Mas Emir tadi nya mau membawa ku kembali ke rumah Bunda, setelah melihat aku menangis begitu memasuki rumah.
"Kita ke rumah Bunda atau Ibuk dulu ya Na. Sampai kamu siap baru kita pulang"
"Nana gak apa-apa Mas, lagian sampai kapan Nana harus menghindar dan berlindung di balik Bunda atau Ibuk. Nana baik-baik saja Mas"
"Mas"
"Iya sayang"
"Nana minta maaf ya"
Mas Emir memandangku heran dan menggenggam tangan ku yang sedang mengelus surai nya. "Maaf buat apa?"
"Maaf karena Nana sudah egois dan kekanak-kanakan. Nana diamkan Mas Emir waktu di rumah sakit dan rumah Bunda"
"Nggak apa-apa Na, kan waktu itu kamu lagi sedih, lagian sekarang kan sudah gak diam-diaman lagi"
"Nana minta maaf, karena sudah gagal jagain anak kita." Akhirnya air mata yang kutahan dari tadi keluar juga.
Mas Emir yang melihat ku menangis langsung duduk dan menatap ku dengan penuh kekhawatiran, "Sayang."
Mas Emir langsung memeluk ku, dia tidak mengatakan apa-apa hanya mengelus punggung ku. Aku sudah sesegukan di pelukannya, merasa bersalah atas musibah ini.
Mas Emir melepaskan pelukan kami dan menatap wajah ku dengan sendu, menghapus sisa air mata yang ada di pipi.
"Reana" Panggil nya sayang.
Aku hanya menatap manik mata nya alih-alih menjawab. Mas Emir tersenyum kemudian menautkan tangan kami berdua.
"Sayang, dengarkan Mas baik-baik, Mas harap ini terakhir kali kamu nangis begini. Keguguran yang menimpa kamu semuanya sudah takdir, Allah hanya belum mengizinkan kita untuk memiliki anak. Mas tahu kita berdua kecolongan sampai tidak tahu kamu hamil, tapi bukan berarti itu kesalahan kamu. Kita hanya sedang di uji, mampu atau tidak kita melewatinya. Jadikan ini sebagai pelajaran bagi kita, untuk lebih peka jika kelak di izinkan kembali memiliki anak. Kesedihan yang berlarut tidak baik, memang kita semua sedih, tapi cukup sampai disini. Mau janji sama Mas?"
"Nana janji" Angguk ku memeluk nya sekali lagi.
"Pokoknya hari ini puas-puaskan menangis, besok Mas gak mau lihat kamu menangis begini lagi, oke?"
Dalam pelukan Mas Emir, aku hanya mengangguk setuju, merasa beban di pundak ku perlahan diangkat. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan Na.
"Nana sayang Mas Emir."
"Mas juga." Balasnya di susul dengan kecupan di dahi, lama dan panjang.
oOo
"Sayang, ada lihat jam tangan Mas yang biasa?"
Aku yang sedang mengeringkan rambut, berhenti sebentar.
"Di tempat biasa gak ada Mas?"
"Nggak ada, sudah Mas cari"
Aku mematikan hairdryer, berdiri dan berjalan mendekat Mas Emir. Dia terlihat sudah rapi dengan pakaian kerja. Aku menuju tempat penyimpanan aksesoris kami, mencari sebentar dan akhir nya ketemu.
"Ini ada" Ucap ku menunjukkan jam yang Mas Emir maksud.
"Tadi sudah Mas cari Yang, kok bisa ketemu?" Ucap nya heran kemudian mengambil jam dan memasang nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/291180810-288-k643444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suri Hati Mas Emir
RomanceReana pikir menikah karena di jodohkan itu hanya ada di cerita Wattpad yang sering dia baca, nyatanya di usia 27 tahun Reana harus menerima kenyataan bahwa apa yang biasa dia baca terjadi di kehidupan nyata. Menikah karena di jodohkan dengan laki-la...