Di Buang Sayang

3.9K 310 2
                                    

“Reana Bahiyyah Raihandi!”

“Reana!”

“Nana”

“Apa sih, Mas? Teriak-teriak aja!”

“Sini bentar, lihat!”

“Apa?”

“Ini kerjaan siapa?” Mas Emir menunjukkan kemeja putih favoritnya telah berganti warna menjadi pelangi.

“Hmm... Nggak tahu, Mochi kali.”

“Mochi mana bisa warnain baju begini.”

“Aku hanya mengedikkan bahu tak tahu. Dua hari lalu aku melihat video tutorial kaos tie dye di Youtube, karena tidak punya kaos oblong untuk bahan percobaan, aku memakai kemeja putih Mas Emir.

“Nakal ya, Na.”

Mas Emir meletakkan kemejanya di atas kasur, berlari mengejar aku yang sudah kabur keluar kamar.

“Kalau bisa coba tangkap!” tantangan ku sambil menjulurkan lidah.

“Awas ya... Kalau Mas dapat!”

“Kalau bisa, ayo tangkap!”

Seketika Mas Emir berlari kencang kearah ku, sedangkan aku hanya bisa berteriak sambil melarikan diri.

“Dapat juga akhirnya!” ujar Mas Emir membawaku ke dalam pelukannya.

“Curang! Mas Emir larinya kenceng banget!”

“Banyak alasan!” ujar Mas Emir.

“Ini Nana mau dibawa kemana?” tanyaku heran. Mas Emir mengangkat tubuhku seperti karung goni.

“Turunin Nana, Mas!”

“Eeh ngapain ke kolam renang?”

“Nana gak bisa renang Mas!” pekik ku ketika Mas Emir mendekati kolam renang.

“Aduh! Kok pantat Nana ditampar?”

“Habis nya kamu gak bisa diam, kalau Mas jatuh gimana?”

“Ya... Nana juga ikutan jatuh lah.”

“Mas Emir nakal! Sukanya tampar-tampar!” gerutuku ketika sekali lagi Mas Emir mendaratkan tangannya di bokong ku.

Ini hukuman apa hobby sih Mas.

“Mas, Nana beneran gak bisa renang. Kalau gak percaya tanya Bunda sama Abang.”

“Makanya Mas ajarin, sini Mas lepas bajunya.”

“Mesum! Nanti ada yang lihat!”

“Nggak ada, Na. Orang kita lagi di rumah. Ayo sini Mas bantu buka.”

“Nggak mau, Nana malu.”

“Malu... Malu. Yang tadi malam kamu gak pakai baju, biasa aja. ”

“Jangan diingatin. Tadi malam Nana khilaf.”

“Khilaf apa sampai minta tambah,” ejek Mas Emir.

Aku mencubit perut Mas Emir yang mulai membuncit. “Mas!” rengek ku.

Mas Emir tertawa lepas, aku semakin kesal melihat sikapnya. Kenapa kejadian tadi malam harus diingatkan sih, kan aku malu sendiri.

“Nana ngambek!”

“Ada gitu ngambek bilang sendiri.”

“Biarin!”

“Iya-iya maaf. Jadi nggak nih berenang nya?”

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang