32 : Mr- Ex

3.2K 361 8
                                        

Aku menundukkan pandangan ketika tatapan kami bertemu. Gery tanpa sengaja menatap wajahku yang juga sedang menatapnya.

"Na, kenapa?" tanya Mas Emir ketika aku bergerak memperbaiki posisi duduk.

"Ng-nggak apa-apa, Mas. Nana cuma bosan."

"Sebentar ya, habis ini kita langsung pulang."

"Iya, Mas."

Gery masih berbicara di depan sana, Mas Emir terkadang tertawa dan mengangguk menanggapi perkataan Gery dari atas sana, sesekali juga berbicara dengan rekan di sampingnya.

Melirik sekitar, aku merasa terjebak. Tidak ada satupun yang aku kenal dan orang-orang disini 'pun serius semua. Tidak ada kulihat orang yang bergosip satu 'pun.

Gery telah berganti dengan MC. Aku merasa lega, setidaknya aku tidak melihat wajah laki-laki itu lagi.

"Na, Mas ke sana sebentar, ya," tunjuk Mas Emir ke arah meja yang ada di pojok kanan.

Aku mengangguk dan membalas senyuman Mas Emir. Setelah kepergian Mas Emir, aku tidak tahu harus melakukan apa. Orang-orang disebelahku sibuk sendiri.

"Nana!" panggil seseorang.

Peganganku pada gelas hampir terlepas, suara itu... suara berat dan dalam, khas seseorang yang aku kenal.

"Nana... ternyata benaran kamu."

Aku memiringkan posisi duduk, melihat sosok yang memanggilku barusan.

Di sana sosok Gery berdiri, sorot mata monolid yang sudah lama tidak aku lihat dan tidak ada kacamata yang membingkai wajah tampannya.

Aku tidak bereaksi apa-apa, datar dan cenderung kaget.

"Reana... boleh duduk di sini?" tanya Gery menunjuk bangku Mas Emir tadi.

"Y-ya, silahkan," jawabku gagap. Bagaimana bisa aku melarang sedangkan yang punya acara dia.

Gery duduk di sebelahku tepatnya di bangku yang diduduki Mas Emir tadi.

"Apa kabar?" mulai Gery.

"B-baik."

Hening sejenak. Aku memberanikan diri untuk menatap Gery. Ternyata Gery juga sama menatapku.

"Maaf..." ucap Gery pelan.

Aku terdiam, bingung mau membalas apa.

"Maaf baru bisa bertemu sekarang."

"Maaf juga untuk kejadian yang lalu, aku tahu aku salah."

"Lupakan saja, lagi pula sudah berlalu," jawabku mantap.

"Aku...."

"Sayang..."

Ucapan Gery terpotong karena panggilan Mas Emir. Aku langsung memutuskan kontak mata dengan Gery, menetralkan ekspresi wajah se-datar mungkin.

"Oh. Hai Gery!" sapa Mas Emir ketika menyadari keberadaan Gery.

"Mas Emir!" balas Gery tak kalah kaget.

"Pantesan dicariin eggak ketemu, di sini ternyata."

"Iya, Mas. Tadi bertemu teman Papa dulu," jawab Gery sopan.

Aku yang melihat interaksi mereka hanya bisa tercengang. Sedekat ini ternyata mereka.

Habislah kamu Reana!

"Oiya, kenalkan ini Reana, istri saya."

"I-istri?" tanya Gery tak percaya. Gery menatapku tajam seolah-olah meminta penjelasan.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang