“Mas, kok tumben main futsal?” tanyaku heran. Selama kami menikah, baru kali ini Mas Emir meminta izin untuk bermain futsal di akhir pekan.
“Kamu nggak ngizinin, ya?”
“Bukan gitu, Nana cuma heran saja. Biasanya nggak pernah olahraga begini.”
“Iya, biasanya kan olahraga di ranjang sama kamu.”
“Ih! Apaan sih, kesana pula lari nya.”
Mas Emir tertawa, mencubit lembut pipi chubby ku. Iya, berat badanku nambah dan itu Mas Emir yang bilang.
“Na, kayaknya kamu agak berisi deh.”
“Nana gendut gitu?!”
“Bukan, berisi dikit.” Mas Emir memegang beberapa bagian tubuhku yang di rasanya berisi. “Ini, ini juga, apalagi ini... makin enak megang nya.”
“Apaan, sih! Bilang aja modus mau pegang-pegang.”
“Gimana, Na?” tanya Mas Emir membuyar lamunanku.
“Eh, apa tadi, Mas?”
“Mikirin apa, sampai ngelamun begitu?” Mas Emir merangkul tubuhku mendekat.
“Nggak ada, Mas bilang apa tadi?”
“Kalau kamu kesepian di rumah, nanti Mas antar ke rumah Bunda atau Ibuk.”
“Ikut Mas ke lapangan boleh?”
Mas Emir menjentikkan tangan di keningku, tidak sakit tapi aku kaget.
“Nggak boleh, di sana kamu sendirian perempuan, Mas gak mau kamu jadi tontonan.”
“Kan Nana nggak ngapa-ngapain.”
“Iya, kamu cuma duduk diam aja, tapi kamu tahu kan kalau perempuan itu....”
“Fitnah nya besar!” sambungku.
“Nah pintar! Jadi gak boleh, oke?”
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Suami siapa sih ini, kok gemesin.
“Jadi gimana? Mau di rumah aja?”
“Kalau ke rumah Ibuk, jauh nggak mutar nya?”
“Nggak, dekat kok.”
"Ya sudah, Nana ke rumah Ibuk aja, sudah lama nggak ke sana.”
Mas Emir mengecup keningku lama, dan memeluk tubuhku erat.
“Mas mau Nana bekali apa?” tanyaku disela pelukan kami.
Mas Emir mengurai pelukan kami, menatap dengan heran.
“Mas ini cuma main futsal, Na. Bukan pergi piknik.”
“Nana kan pengen seperti istri-istri yang di Instagram itu, Mas. Masakin bekal suaminya.”
“Kan kamu juga sering buat bekal untuk Mas ke kantor?”
“Itu beda, yang pergi olahraga begini kan belum pernah.”
“Ada-ada saja kamu, Na. Ya sudah, kamu mau buat apa? Jangan yang berat-berat ya, camilan aja.”
“Nana masak Nutrijell, mau?”
“Ada bahannya di rumah?”
“Ada dong, tapi tinggal rasa jambu merah.”
“Ya sudah, itu saja.”
“Lepas dulu pelukannya, Nana mau masak.”
“Cium dulu,“ Mas Emir menunjuk pipi kanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suri Hati Mas Emir
RomanceReana pikir menikah karena di jodohkan itu hanya ada di cerita Wattpad yang sering dia baca, nyatanya di usia 27 tahun Reana harus menerima kenyataan bahwa apa yang biasa dia baca terjadi di kehidupan nyata. Menikah karena di jodohkan dengan laki-la...