Baba Nabeela 💚
"Mas anaknya gamau makan."
Aku mengirimkan pesan kepada Mas Emir begitu Nabeela tertidur. Hari ini hari pertama Nabeela mulai makan. Aku sudah menanti hari ini tapi nyatanya tidak sesuai ekspetasiku. Nabeela tidak mau memakan makanannya, padahal jauh sebelum ini aku sudah belajar bahkan mengikuti kelas MPASI di sela kegiatanku menjaga Nabeela. Ternyata begini rasanya kalau anak tidak mau makan.
"Nanti Mas telepon ya sayang, sekarang Mas lagi di luar."
Terlihat balasan dari Mas Emir yang tidak membuatku merasa baikan. Kalau di hari pertama saja Nabeela tidak mau makan, bagaimana hari kedua, ketiga dan seterusnya.
Perasaan tadi aku sudah memasak dengan baik sesuai dengan yang aku pelajari pun dengan tekstur makanan. Tapi kenapa Nabeela tidak mau makan.
Ponselku bergetar kukira Mas Emir ternyata Kak Hikma.
"Assalamu'alaikum, Kak?"
"Waalaikumsalam, Nana ada di rumah?"
"Ada, kenapa Kak?"
"Kakak boleh minta tolong, titip Khalida sebentar, kakak mau ke rumah sakit."
"Kakak sakit? Sakit apa?"
"Bukan kakak, tapi abangmu. Badannya panas sama meriang. Kalau gitu Kakak tutup ya, nanti kakak telepon lagi."
"Iya kak, hati-hati bawa mobilnya."
Setelah menutup telepon, aku bergegas membereskan rumah yang penuh dengan mainan Nabeela. Aku tidak mau nanti Kak Hikma kaget melihat penampakan rumahku yang lebih pantas disebut kapal pecah. Kalian jangan salah sangka dulu, aku masih rajin sekedar membereskan rumah tapi tadi Nabeela kubiarkan mengeluarkan semua mainan yang ia punya agar aku bisa bekerja di dapur. Maklum ibu baru, masih antusias.
"Assalamu'alaikum. Nabeela sayang, Baba pulang."
Ini orang berdua kenapa sih. Tadi waktu aku menunggu telepon Mas Emir, yang menelpon malah Kak Hikma. Sekarang ketika aku menunggu kedatangan Kak Hikma yang muncul malah Mas Emir.
"Waalaikumsalam. Loh pulang ternyata, Mas?"
"Nabeela mana, Na? tanya Mas Emir menghiraukan pertanyaanku.
"Pelan-pelan suaranya, Mas. Anaknya baru tidur." Tanpa mendengar ucapanku selesai, Mas Emir sudah masuk ke dalam kamar kami. "Anaknya jangan di bangunin, baru tidur itu!" ingatku.
"Kayaknya mainan Nabeela sudah kebanyakan ini." Aku bergumam ketika memasukkan beberapa mainan yang bisa aku jangkau ke dalam box khusus tempat mainan.
"Ya Allah Mas Emir!" terdengar suara tangisan Nabeela dari dalam kamar. Aku segera menyusul mereka untuk melihat apa yang sudah terjadi dan kalian tahu apa? Nabeela sudah tertawa ketika Baba-nya menggelitik perutnya.
"Mas! Nabeela baru tidur lo itu, kok di bangunin."
"Enggak, Na, anaknya aja yang bangun sendiri."
"Terserahlah Mas, Nana capek." Aku keluar kamar menuju dapur. Entah kenapa hari ini aku begitu emosi —setelah penolakan Nabeela tepatnya. Aku menuangkan air ke dalam gelas dan menandasnya hingga tak bersisa, tenggorokanku tiba-tiba terasa kering. Kepulangan Mas Emir bukannya membuatku merasa baikan malah semakin memancing kemarahanku.
Setelah merasa sedikit lega, aku kembali ke ruang tengah sekedar untuk mencari hape. Pasalnya sudah lewat lima belas menit dari waktu Kak Hikma menelpon tadi tapi Kak Hikma belum sampai-sampai juga. Ternyata ada satu panggilan dan pesan dari Kak Hikma yang intinya dia tidak jadi ke rumah untuk menitipkan Khalida karena mereka langsung ke rumah sakit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suri Hati Mas Emir
Roman d'amourReana pikir menikah karena di jodohkan itu hanya ada di cerita Wattpad yang sering dia baca, nyatanya di usia 27 tahun Reana harus menerima kenyataan bahwa apa yang biasa dia baca terjadi di kehidupan nyata. Menikah karena di jodohkan dengan laki-la...