17 : Nana vs Rumaisya

4.6K 377 1
                                    

Acara syukuran kehamilan Kak Hikma akhirnya di selenggarakan hari ini. Tadi nya mau bulan kemarin, tapi karena aku keguguran maka ditunda dulu. Sebenarnya ini bukan syukuran kehamilan saja tetapi, syukuran untuk proyek perumahan yang sedang Abang pegang.

Masalah proyek perumahan tadi nya aku tidak tahu, sampai Mas Emir cerita kalau Bang Rifki akhirnya dapat proyek besar tahun ini. Katanya rezeki si kecil.

Setelah sholat subuh, Mas Emir belum masuk kedalam kamar. Belum sempat aku bertanya, keberadaan Mas Emir sudah terlihat di penglihatan ku dengan menggendong Rumaisya.

"Mas, dari mana?" Tanyaku begitu Mas Emir sampai di hadapan ku.

"Habis jalan pagi sama Dek Sya" Balas Mas Emir sambil menggoyangkan Rumaisya ke kiri ke kanan. Rumaisya yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa.

"Dek Sya tumben bangun subuh?"

"Teling Cu Na" Balasnya menggerakkan jari.

"Iya, Dek Sya kan rajin bangun pagi seperti Pak Ucu nya" Rumaisya yang merasa di bela sama Mas Emir, hanya tersipu malu dan memeluk Mas Emir.

"Mas ganti baju sana, biar Rumaisya sama Nana dulu"

Belum sempat Mas Emir berbicara, Rumaisya sudah menggerakkan jari nya ke kiri ke kanan "No no no"

"Pak Ucu nya mau mandi dan ganti baju, Dek Sya sama Ucu Nana dulu ya" Aku masih berusaha membujuk Rumaisya agar lepas dari gendongan Mas Emir.

"Dak auu" Ucapnya disusul dengan suara tangis. Dasar drama queen.

Mas Emir langsung menenangkan Rumaisya dan membawa nya ke dalam kamar. Aku yang ditinggal sendirian, hanya ikut mengekor dari belakang.

"Dek Sya duduk disini sebentar ya, Pak Ucu mau mandi dulu" Suara Mas Emir terdengar begitu aku memasuki kamar. Rumaisya hanya mengangguk dan diam anteng di atas kasur. Lah, perasaan aku tadi juga mengucapkan kalimat yang sama.

Aku mencoba mendekat dan duduk disamping Rumaisya.

"Tadi jalan kemana sama Pak Ucu?" Mulai ku membuka pembicaraan.

Tidak ada tanggapan dari Rumaisya, dia hanya menunduk dan memeluk boneka keroppi hasil rampokan di kamar ku.

"Dek Sya" Panggil ku sekali lagi.

Sama juga, tidak ada balasan. Malahan, dia membelakangi ku sekarang. Oh, anak Bang Rifki, kenapa drama begini. Dulu saja sebelum Mas Emir ada, dia menempel di gendongan ku.

Tingkat kesabaran ku sedikit berkurang, mengelus dada, sabar ponakan sendiri ini.

Mas Emir keluar dengan handuk sebatas pinggang, aku langsung membelalakkan mata.

"Mas, ini ada Rumaisya, kok keluar gak pakai baju?"

"Nama nya juga habis mandi Na, masa pakai baju" Jawabnya berlalu ke lemari mengambil baju.

Rumaisya hanya memandang kami dengan tatapan datar. Mana pandangannya ke arah Mas Emir lagi.

"Dek Sya tutup mata nya" Aku bergerak mendekat kearah Rumaisya, mencoba menutup matanya dengan kedua tanganku.

Rumaisya menepis tangan ku dan mulai merengek, "Dak auu, Pak Ucu.." Teriaknya nyaring memanggil Mas Emir yang sudah memakai baju kemeja berwarna navy.

Mas Emir langsung menggendong Rumaisya, dan menggeleng melihat kelakuan ku. "Kenapa sih Na? Daritadi buat Rumaisya nangis" Ucapnya berlalu keluar kamar.

Aku yang ditinggal sekali lagi, hanya mematung dan menatap kepergian mereka. Ini yang istri siapa sih.

Agenda pagi ini hanya makan bersama saja, kebetulan Kak Raras sekeluarga sudah datang dari jam tujuh tadi. Kalau Kak Rindi tidak datang karena rumah nya di luar kota.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang