33 : Honeymoon

4.1K 394 5
                                    

Kalau pasangan pada umumnya akan honeymoon di awal-awal pernikahan, lain halnya dengan kami. Hampir memasuki pernikahan satu tahun baru kami melakukan honeymoon dan itupun tidak jauh. Masih di kawasan sini, jarak 8 jam dari rumah. Tapi jadilah, setidaknya kami liburan.

“Capek?” tanya Mas Emir mendekat.

Aku mengangguk, tidak punya tenaga untuk berbicara. Sepertinya aku mabuk laut. Untuk sampai di pulau ini, kami harus menyebrang menggunakan Speedboat sekitar satu jam.

“Pusing?” tanya Mas Emir sekali lagi. Sekarang dia sedang memijit kakiku, padahal yang sakit kepala bukan kaki.

“Tidur saja, nanti Mas bangunkan kalau sudah dzuhur.”

Sebelum ke sini, kami menginap di hotel semalam, mengingat kami sampai di kabupaten tengah malam, sedangkan kapal penyebrangan hanya ada pagi hingga sore.

Aku memejamkan mata, berusaha untuk terlelap. Mas Emir masih memijit kakiku. Lambat laun kesadaranku menghilang, aku seutuhnya masuk ke alam mimpi.

“Na... bangun, sebentar lagi adzan."

"Sayang...”

“Reana...”

“Yang.” Samar-samar kudengar suara Mas Emir dan juga kecupan kecil di sepanjang area dada. Ini aku mimpi apa kenyataan. Kalau mimpi kenapa mimpinya mesum, jangan-jangan aku sudah ketularan Mas Emir.

“Sayang...” Sekali lagi dapat kudengar suara Mas Emir. Membuka mata perlahan, pandanganku jatuh ke rambut hitam Mas Emir. Ternyata tidak mimpi.

“Mas... berat.”

Mas Emir mendongak, tersenyum seperti tidak melakukan apa-apa. “Akhirnya bangun juga.”

“Mas minggir, berat.”

Mas Emir bergeser, membaringkan tubuh disampingku. Kepalaku sudah lumayan, tapi masih ada rasa-rasa terombang-ambingnya. Membetulkan kancing baju yang terbuka, aku melirik Mas Emir dengan tampang polos mengikuti gerak jari jemariku.

“Sudah adzan, Mas?”

“Belum, dua puluh menit lagi.”

“Mas sholat di mana? Di sini?”

“Untuk sekarang di kamar dulu, nanti baru tanya letak musholla di mana.”

“Kalau gitu, Nana mandi dulu.”

“Jangan lama-lama, ya, Na. Sebentar lagi masuk waktu dzuhur.”

Setelah sholat berjamaah di kamar, saat ini kami sedang bersantai menikmati pemandangan lautan lepas dari balkon kamar sambil makan siang. Ibarat kata, tempat kami honeymoon ini, maldives dengan kearifan lokal.

“Mas tahu tempat ini dari mana?”

“Rekomendasi Zami.”

“Tumben?”

“Dia juga lagi nyari destinasi liburan, makanya Mas tanya.”

Aku hanya ber-oh ria. Fokus menyantap seafood dihadapanku.

“Habis ini mau jalan-jalan?” tawar Mas Emir.

“Boleh, Nana mau lihat hutan bakau yang tadi kita lewati.”

Sebelum sampai di penginapan ini, tadi kami melewati hutan bakau yang sudah disulap menjadi objek wisata. Walaupun hanya sekedar jembatan yang dikelilingi oleh pohon bakau, tapi kelihatannya bagus.

Selain kami, banyak juga pasangan yang berkunjung di sini, kebanyakan pengantin baru, karena bisa dilihat dari inai yang masih melekat di jari tangan mereka.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang