19 : Mochi Lagi Mochi Terus

4.1K 295 5
                                    

"Mochi anak siapa sih?" Tanya ku kepada kucing oren yang kuberi nama Mochi. Saat itu Mas Emir sempat heran kenapa aku memilih nama mochi untuk kucing oren yang terkenal bar-bar. Aku tidak punya alasan kenapa, hanya terlintas begitu saja. Kalau nama pemberian dari Zami yaitu Toto karena mochi kucing jantan.

"Mochi anak siapa?" Tanya ku sekali lagi. Mochi hanya menatap ku. Kalau dia bisa bicara, pasti dia akan mengatai ku gila bicara sendiri.

"Anak Unna ya? Iya?" Ucapku sekali lagi. Aku mendeklarasikan diriku sebagai Unna –Umma Nana, dan Mas Emir sebagai Amir–Ayah Emir.

"Sayang lihat maps warna biru?" Tanya Mas Emir bersandar di pintu ruangan kerjanya.

"Sayang"

"Reana"

"Sayang" Mas Emir menghampiri ku yang sedang meng Unyel-unyel si mochi.

Aku menghentikan aktivitas ku, menoleh sebentar melihat wajah Mas Emir. "Iya Mas"

"Ada lihat maps biru gak?"

"Di ruangan kerja Mas gak ada?" Tanya ku balik.

"Gak ada Na, sudah Mas cari" Ucap Mas Emir berdiri di depan ku dan mengelus sayang si mochi.

Aku meletakkan mochi di sofa dan berdiri menghadap Mas Emir, "Sebentar Nana cariin dulu"

Mas Emir menganggukkan kepala, menekuk kedua lutut menghadap mochi yang hanya diam sambil menjilati bulu nya.

Aku masuk ke dalam ruangan kerja Mas Emir dan mulai mencari maps yang dimaksud. Tidak sampai sepuluh menit, aku sudah menemukan maps biru yang berada di tumpukan maps yang lain. Tadi Mas Emir nyari dimana sih.

Aku keluar dengan menenteng maps, mendekat ke sofa, bisa kudengar Mas Emir sedang berbicara dengan mochi.

"Kamu senang ya di Cium-cium Unna?"

"Unna itu punya saya, gak boleh kamu ambil" Mochi terlihat berontak ketika Mas Emir mencolek wajah nya.

"Mas, kok gitu ngomongnya?" Ucap ku segera duduk didekat mochi.

"Eh nggak Yang, bercanda kok" Ucap Mas Emir kaget.

"Itu maps nya" Aku menunjukkan maps yang kuletakkan di atas meja. Mas Emir melihat sebentar, mengarahkan badan nya untuk mencium ku. Ketika Mas Emir sudah akan mencium ku, tiba-tiba mochi mencakar tangan Mas Emir yang berada di dekat nya. "Ahh" Mas Emir meringis.

"Kenapa Mas?" Tanya ku heran. Mas Emir melihat bekas cakaran mochi yang tak terlalu berbekas, "dicakar mochi" Ucapnya sambil menunjukkan tangan kiri nya yang ada cap mochi.

"Mas sih di depan mochi, main cium aja" Ujarku santai.

"Kok Mas yang salah?" Tanya tak terima.

"Udah sana kerja lagi, itu maps nya sudah ketemu" Usir ku kepada Mas Emir dan mengambil mochi kemudian memeluk nya.

"Mochi lagi mochi terus" Ucap Mas Emir berlalu meninggalkan ku.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, mochi sudah tertidur dipangkuan ku, tapi aku belum mengantuk sama sekali. Mas Emir sejak tadi belum ada keluar lagi. Aku masih nyaman melihat mochi tertidur begini.

"Sayang belum masuk kamar?" Heran Mas Emir begitu melihat ku yang masih di depan teve.

"Belum ngantuk Mas, lagian nungguin Mas juga"

"Maaf ya, Mas lupa waktu" Ucapnya merasa bersalah.

Aku meletakkan mochi di dekat ranjang kami, hanya bantal bulat yang dilapisi kain sebagai alas tidur mochi.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang