09 : Terima Kasih Reana

9K 567 76
                                    

Warning!!! Adegan Dewasa naik beberapa level.

*****

"Mas, nanti habis dari kondangan boleh mampir ke tempat jualan rujak gak?"

"Boleh, sekalian kita belanja bulanan ya."

"Eh, tapi Nana belum ada nulis apapun Mas, jadi gak tahu apa yang sudah habis." 

Mas Emir mengeluarkan catatan dari saku celananya. Dan itu merupakan daftar belanjaan yang akan kami beli nanti. 

"Terima kasih Mas. Maaf Nana lupa terus buat nulis update stock kita."

"It's oke Na. Selagi Mas ingat," ucap Mas Emir sembari mengelus punggung tangan ku.

Sabtu siang ini kami menghadiri pesta pernikahan salah seorang anak petinggi PU, Mas Emir memang tidak bekerja di PU. Tapi lingkungan kerja yang bersinggungan, menjadikan Mas Emir banyak mengenal orang-orang yang bekerja disana.

 Di tengah ramainya tamu undangan, kami malah bertemu dengan Abang, Kak Hikma dan si centil Rumaisya yang sudah berada di gendongan Mas Emir. Abang dan Mas Emir yang memang dalam lingkungan kerja yang sama tidak menutup kemungkinan untuk bertemu di acara pesta begini. 

"Syafiq kenapa gak ikut Kak?" tanyaku kepada Kak Hikma sambil memasukkan melon ke mulut.

"Jagain Bunda Na. Lagian dia juga gak mau ikut ke acara beginian," terang kak Hikma.

"Dek Sya kok tinggalin Nenek sama Abang di rumah?" tanyaku beralih kesamping kanan tempat Mas Emir duduk memangku Rumaisya yang cemberut dari tadi.

Rumaisya tidak menjawab malah fokus memainkan jam tangan Mas Emir.

"Dek Sya mau ikut Cu Na gak, habis ini Cu Na mau beli kinderjoy, pocky, greenfield dan yupi," aku menyebut semua kesukaan Rumaisya dan tetap tidak mendapat respon apapun.

"Dia lagi ngambek sama Abi nya Na. Tadi di jalan lihat anak-anak lagi main sepatu roda, jadi dia minta dibeliin. Padahal dirumah udah punya."

Oh lagi ngambek sama Abang, pantesan tadi langsung minta gendong sama Mas Emir. 

"Nca au pozen Uma!" seketika Rumaisya berbicara dan mulai merengek. 

"Rumaisya!" tegur Abang dengan tegas.

Rumaisya sudah mau menangis, tetapi langsung dibawa berdiri sama Mas Emir. Mereka menuju stand eskrim. 

"Si Emir kalau jadi Ayah pasti manjaain anak kalian Na," nilai Abang.

"Abang enggak emangnya?" jawabku sambil sesekali memakan potongan buah yang tadi Mas Emir ambil.

Abang hanya tertawa menanggapi. 

Mas Emir dan Rumaisya datang membawa dua cup eskrim. Rasa coklat untuk Rumaisya dan matcha untukku. Aku mengucapkan terima kasih setelah menerima uluran eskrim dari Mas Emir.

Abang dan Kak Hikma menuju ke pelaminan untuk pamitan. Tadinya Rumaisya ingin diajak sekalian langsung pulang. Tapi melihat Rumaisya yang belepotan, aku menyuruh Abang dan Kak Hikma yang kedepan, biar Rumaisya kami yang jaga.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang