08 : Pak Ucu

7.9K 613 34
                                    

Warning!! Kadar konten dewasa di part ini sedikit naik level dari part sebelum nya. Tapi masih tetap aman. 

*****

"Bunda, Rania mau pipis." 

"Ayo ke WC-nya sama Bunda Nana. Rania sudah pintar siram sendiri kan?" tanyaku kepada Rania, salah seorang anak didikku. 

"Sudah Bunda, di rumah Rania juga sudah tidak ngompol kalau bobok malam," ujarnya dengan antusias.

"Waa! Pintarnya anak Bunda," balasku memberikan pujian dan direspon dengan senang.

Setelah kembali dari WC, aku dan Rania menuju ke kelas yang sedang diawasi oleh Kak Tria. Anak-anak kini sedang mewarnai, dua minggu lagi akan ada perlombaan mewarnai  antar TK sekecamatan yang di adakan oleh Dinas PU. Ini pertama kalinya dinas PU membuat acara yang melibatkan anak-anak.

Anak-anak sedang bermain di taman di temani tiga guru. Aku sendiri berada di kelas karena perut ku sakit, biasa kalau mau datang bulan pasti begini. Satu pesan dari Mas Emir masuk.   

Mas Emir 

 Assalamu'alaikum 

Reana. Nanti Mas pulang telat, harus ke lokasi proyek. 

Wa'alaikumsalam

Baik Mas

Hati-hati di jalan dan di lokasi. 

Jangan telat makan.

Iya, kamu juga

Kalau kamu malas sendirian di rumah, kamu boleh kerumah Bunda atau kerumah Ibuk

Nanti kabari Mas, biar Mas jemput kalau sudah selesai kerja 

Oke Mas
Nana nanti izin ke rumah Bunda ya

Iya, nanti hati-hati di jalan

Mas mau kerja lagi

Semangat kerja nya Mas Emir 


Tidak ada lagi balasan dari Mas Emir. Seperti itu memang, kalau dia sudah mengatakan 'Mas mau kerja lagi'  itu berarti hanya sampai disitu percakapan kami. Oiya. Semenjak aku merubah pangilan, Mas Emir juga merubah panggilan diri nya sendiri dengan sebutan Mas. Aku tidak masalah kalau dia mau memanggil diri pakai saya, nama atau mas. Selama dia nyaman, kenapa tidak. 

"Aduh manten baru, senyum-senyum sendiri lihat HP," goda Kak Tria.

Aku hanya tertawa dan meletakkan kembali HP di atas meja.

"Gimana jadi istri Na, enak kan?'' tanya Kak Tria.

"Ya gitu Kak. Sama aja sih pas waktu sendiri, cuma sekarang ada yang diurus. Itu aja sih."

"Pasti banyak enak nya lah Na, apalagi manten baru. Shampoan terus."

Aku paham maksud Kak Tria. Tapi tidak mungkinkan aku bilang, kalau kami belum sampai ke tahap itu. Dari pada dia menaruh curiga, aku hanya membalas candaannya dengan tawa.

Kalau ditanya, apakah aku sudah siap atau belum, tentu aku siap. Tapi masa aku yang memulai dulu. Kan tidak tahu mau ngapain nanti. Teori mungkin aku bisa, tapi praktek aku belum bisa jamin. Aku hanya berguru dari cerita Wattpad yang aku baca, itu pun beda-beda teori nya.

Suri Hati Mas EmirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang